Categories
Mix

Membuat Kompos Dengan Keranjang Takakura

Sumber : http://url.stisitelkom.ac.id/98424

 

Proses pengomposan ala keranjang takakura merupakan proses pengomposan aeraob di mana udara dibutuhkan sebagai asupan penting dalam proses pertumbuhan mikroorganisme yang menguraikan sampah menjadi kompos. Media yang dibutuhkan dalam proses pengomposan yaitu dengan menggunakan keranjang berlubang, diisi dengan bahan-bahan yang dapat memberikan kenyamanan bagi mikroorganisme. Proses pengomposan metode ini dilakukan dengan cara memasukkan sampah organik – idealnya sampah organik tercacah – ke dalam keranjang setiap harinya dan kemudian dilakukan kontrol suhu dengan cara pengadukan dan penyiraman air.

Alat/bahan:

No   Bahan / Alat Jumlah Satuan

  1. Sekam Secukupnya
  2. Pupuk ampas tebu Secukupnya
  3. Mikroorganisme cair Secukupnya
  4. Kompos 8 Kg
  5. Sampah organik 2 KK
  6. Keranjang plastik 2 unit
  7. Jarum jahit 2 Buah
  8. Benang nilon 1 Roll
  9. Jaring 1 Meter
  10. Gunting 1 Buah
  11. Kertas kardus Secukupnya
  12. Termometer 2 buah
  13. Kain stocking 0,5 meter
  14. Sprayer 1 unit
  15. Bak plastik 2 buah
  16. Air PDAM Sesuai kebutuhan
  17. Garu kecil 1 buah

Cara Pembuatan:

  1. Siapkan bak dan isi dengan sekam secukupnya, lalu ambil mikroorganisme cair, tuangkan ke dalam sprayer.
  2. Semprotkan mikroorganisme cair dengan menggunakan sprayer secara merata dengan sesekali mengaduk sekam dengan tangan.
  3. Gunting jaring untuk membuat dua kantong sesuai ukuran alas dan bagian atas keranjang dengan cara menjahit bagian tepi jaring.
  4. Setelah jaring berbentuk kantong, isi masing-masing kantong jaring dengan sekam secukupnya lalu jahit hingga menyerupai bantal;
  5. Ambil kardus dan potong dengan menggunakan gunting sesuai ukuran sekeliling keranjang lalu tempelkam potongan kardus tadi di sekeliling bagian dalam keranjang.
  6. Setelah bagian dalam keranjang terlapisi kardus, letakkan bantal sekam pada alas keranjang.
  7. Semprot Microorganisme cair pada permuakaan luar dalam kardus dan bantal sekam dengan menggunakan sprayer hingga basah merata.
  8. Siapkan bak lalu isi dengan kompos dan pupuk ampas tebu lalu aduk hingga merata.
  9. Masukkan campuran kompos dan pupuk ampas tebu ke dalam keranjang yang sudah terlapisi kardus
  10. Masukkan sampah organik segar yang sebelumnya telah dicacah terlebih dahulu, sesekali menekan sampah dengan cetok hingga sanpah berada di tengah-tengah campuran pupuk kompos dan pupuk ampas tebu;
  11. Masukkan termometer sebagai alat pengukur suhu pada saat proses pengomposan.
  12. Lapisi permukaan atas dengan menggunakan bantal sekam yang sudah disemprot dengan Mikroorganisme cair.
  13. Setelah terlapisi dengan bental sekam, tutup bagian mulut keranjang dengan menggunakan kain stocking agar serangga kecil tidak masuk.
  14. Setelah keranjang tertutup kain stocking, ambil penutup dari keranjang tersebut lalu tutup dan tekan hingga rapat dan kuat.

Catatan :

  1. Pilih kain stocking yang berpori dan bahan yang awet sehingga tidak mengganggu respirasi.
  2. Usahakan sampah organik masih segar dan dalam kondisi tercacah.
  3. Sebaiknya sampah organik segar yang diisi setiap hari, usahakan sampah ditekan dengan cetok sampai sampah timbunan baru tidak terlihat.
  4. Ganti kardus yang menjadi lapisan dalam keranjang setelah 3-6 bulan atau ketika hancur.
  5. Cuci kain penutup jika dirasa kotor.
  6. Bila Keranjang penuh maka 1/3 dari kompos itu dapat kita ambil dan dimatangkan di taman/kebun kita yang terlindungi dari sinar matahari selama kurang lebih 2 minggu untuk kemudian dapat digunakan sebagai pupuk kompos.
  7. Keranjang Takakura dimanfaatkan sebesar-besarnya untuk kepentingan masyarakat. Keranjang ini dipatenkan Pusdakota Ubaya untuk menjaga kemungkinan komersialisasi pihak-pihak yang ingin mengambil keuntungan diri.

Pengertian Takakura, Sejarah Takakura 

 

Membuat Kompos Dengan Keranjang Takakura

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Discover more from Just Shared on Tel-U

Subscribe now to keep reading and get access to the full archive.

Continue reading