Categories
Kepemimpinan dan Manajemen

Dialog Kepemimpinan Bersama Dahlan Iskan

Source : http://leadershipqb.com/index.php?option=com_content&view=article&id=1822:dialog-kepemimpinan-bersama-dahlan-iskan-dirut-pln&catid=39%:betti-content&Itemid=30

 

Dialog kepemimpinan bersama dahlan Iskan dilakukan pada Senin, 28 Februari, pukul 19:00 -22:00, di mailing list [email protected].

Profil Dahlan Iskan:
Dahlan Iskan lahir pada 17 Agustus 1951 di Magetan, Jawa Timur. Ia adalah CEO surat kabar Jawa Pos dan Jawa Pos News Network, yang bermarkas di Surabaya. Ia menjabat Direktur Utama PLN sejak 23 Desember 2009.

Karir Dahlan Iskan dimulai sebagai calon reporter sebuah surat kabar kecil di Samarinda, Kalimantan Timur pada 1975. Tahun 1976, ia menjadi wartawan majalah Tempo. Sejak 1982, Dahlan Iskan memimpin surat kabar Jawa Pos.

Dahlan Iskan adalah sosok yang menjadikan Jawa Pos, yang waktu itu hampir mati dengan oplah 6.000 ekslempar, menjadi surat kabar dengan oplah 300.000 eksemplar dalam waktu 5 tahun.

Lima tahun kemudian, terbentuk Jawa Pos News Network (JPNN), salah satu jaringan surat kabar terbesar di Indonesia, yang memiliki lebih dari 80 surat kabar, tabloid, dan majalah, serta 40 jaringan percetakan di Indonesia. Pada 1997, ia berhasil mendirikan Graha Pena, salah satu gedung pencakar langit di Surabaya, dan kemudian gedung serupa di Jakarta.

Pada 2002, ia mendirikan stasiun televisi lokal JTV di Surabaya, kemudian diikuti Batam TV di Batam dan Riau TV di Pekanbaru. Selain sebagai pemimpin Grup Jawa Pos, Dahlan juga merupakan Presiden Direktur dari dua perusahaan pembangkit listrik swasta, yakni PT Cahaya Fajar Kaltim di Kalimantan Timur dan PT Prima Electric Power di Surabaya. Sejak akhir 2009, Dahlan diangkat menjadi Direktur Utama PLN, menggantikan Fahmi Mochtar. (Sumber: Wikipedia.org)

TANYA JAWAB

Betti Alisjahbana, AR-79:
Terima kasih telah bersedia menjadi tokoh tamu Dialog Kepemimpinan di milis Senyum-ITB, milisnya Alumni ITB. Ketika Bapak diangkat untuk menjadi Direktur Utama PLN pada 23 Desember 2009, banyak sekali tantangan yang harus segera di hadapi. Padahal Pak Dahlan adalah orang luar yang kehadirannya disambut dengan pro dan kontra di PLN.

Bisakah diceritakan pendekatan apa yang Bapak terapkan pada waktu itu untuk dapat secara cepat menguasai situasi? Lalu apa yang Bapak lakukan untuk merebut kepercayaan orang-orang yang Bapak Pimpin. Apa yang menjadi prioritas untuk dibenahi terlebih dahulu pada saat itu? Bagaimana hasilnya sejauh ini?

Dahlan Iskan:
Sikap saya terhadap penolakan waktu itu biasa-biasa saja. Saya sepenuhnya memaklumi sikap mereka dengan berandai-andai bahwa kalau saya jadi mereka mungkin juga akan melakukan yang sama. Saya juga tidak menentukan usaha tertentu untuk merebut kepercayaan. Saya kerja biasa saja.

Siapapun tahu prioritas apa yang harus diperbuat: mengatasi krisis listrik dan pemadaman bergilir. Kami sepakati semua itu harus selesai dalam waktu enam bulan. Ketika program ini berhasil, kepercayaan diri teman-teman di PLN meningkat drastis. Momentum inilah yang kemudian membuat semua orang PLN percaya kepada kemampuan dirinya. Karena itu teman-teman langsung menetapkan target berikutnya: melayani penyambungan satu juta dalam sehari. Ini karena daftar tunggu sudah sangat panjang (jutaan) dan mereka sudah menunggu listrik bertahun-tahun.

Djoko Purwanto:
Persoalan kelistrikan di Indonesia sudah terasa semakin membebani atau barangkali lebih tepat menghambat pertumbuhan perekonomian nasional sejak 8-10 tahun yang lalu, yaitu pada saat bapak menjadi wartawan yang pasti sangat kritis meliput, menganalisa, mengomentari serta membuat berita-berita tentang kinerja Direksi PLN dalam hubunganya dengan regulasi dari Kementrian ESDM maupun perundang-undangan yang disahkan oleh DPR.

Saat ini, setelah 1 tahun bapak memangku jabatan sebagai Direktur Utama PT PLN, bagaimana pendapat bapak tentang berita-berita yang diterbitkan oleh Pers tentang kinerja Direksi PLN saat ini. Apakah proporsional? Apakah para wartawan memahami permasalahan yang sebenarnya terjadi?

Apakah Regulasi yang ditetapkan oleh Kementrian ESDM maupun Perundang-undangan yang disahkan oleh DPR benar-benar merefleksikan kebutuhan yang dapat mendukung kinerja PLN dalam menjawab persoalan kelistrikan nasional? Apakah kita semua benar-benar memahami persoalan kelistrikan nasional yang sebenarnya terjadi saat ini?

Salah satu upaya penanggulanagan kelangkaan listrik, Pemerintah memberi peluang kepada pihak Swasta melalui program IPP. Akan tetapi dalam penetapan Tariff jual-beli listrik PLTU batubara misalnya, PLN terlihat mengambil patokan biaya investasi dengan menggunakan harga-harga referensi peralatan buatan Cina. Padahal kita ketahui tingkat keandalan operasi (Boiler) nya rata-rata dibawah 80%. Apakah hal ini tidak berarti sengaja memindahkan resiko kerugian kepada pihak swasta karena akan tidak mampu mencapai target produksi, dan konsekwensi selanjutnya adalah tetap tidak mampu memberi solusi bagi penyelesaian persoalan kelistrikan nasional.

Pembangkit listrik di Cina pada musim dingin juga menjual steam sebagai media pemanas disamping menjual listrik, sehingga rata-rata PLTU di Cina memiliki Boiler dengan kapasitas 150% dari kebutuhan pembangkit. Dengan demikian keandalan operasi PLTU disana dapat mencapai lebih dari 90%. Bagus, namun artinya Tariff listrik PLTU swasta di Indonesia harus dirumuskan kembali atau disesuaikan. Mohon komentar Bapak.

Dahlan Iskan:
Setelah satu tahun di PLN, saya ini kadang malu: kok asyik banget! Seperti saya ini sangat menginginkan jabatan ini. Keasyikan saya itu karena begitu banyak tantangan yang ternyata bisa diselesaikan oleh tim PLN satu persatu. Mulai dari krisis listrik se indonesia, daftar tunggu yang jutaan sampai ke pasokan untuk kalangan bisnis.

Soal pemberitaan, rasanya masih proporsional. kepada teman-teman PLN saya selalu mengatakan jangan reaksioner terhadap berita yang kritis kepada PLN. Humas saya minta juga jangan menutup-nutupi. Tidak ada pilihan lebih baik untuk menghindari berita yang kritis itu kecuali memperbaiki kinerja. daripada sibuk membantahi atau menutupi berita kritis lebih baik menggunakan energi untuk memperbaiki kinerja.

Soal listrik swasta, sekarang ini sudah mencapai kira-kira 18% dari seluruh kapasitas pembangkitan di indoensia. saya berpendapat sebaiknya peranan swasta ini dibatasi sampai kira-kira maksimal 40%. Jangan sampai menjadi mayoritas. Pengalaman negara lain, yang listriknya didominasi swasta harga listrik cenderung tidak terjangkau oleh masyarakat dan akhirnya menghambat pertumbuhan ekonomi. Kecuali kelak, kalau kita sudah menjadi negara maju.

Das Albantani, AR-95: 
Ada yg menjadi kegelisahan saya sebagai warga Indonesia yg mempunyai potensi sumber energi terbarukan luar biasa sekali, tapi mengapa kebijakan pemerintah tentang kebutuhan listrik ini belum atau bisa dikatakan terlambat untuk mengoptimalkan potensi tsb, kebetulan saya ada di Banten dan saya lihat sedang dibangun sumber listrik yg memakai bahan batu bara yang termasuk ke dalam sumber energi kotor, kenapa tidak dibangun saja sumber energi dari tenaga angin, matahari atau gelombang, apa kendalanya? Terima kasih atas kesempatannya

Dahlan Iskan:
Ini tentu karena batubara masih menjadi sumber listrik paling murah. Kalau kelak batubara sudah mahal, mau tidak mau kita akan meninggalkan batubara. Listrik dari batubara harganya sekitar 800,-/kwh, sedang dari geothermal (menurut ketentuan baru) 900,-/kwh. Sedang dari tenaga matahari masih jauh lebih mahal. Kelak kalau teknologi sudah lebih maju barangkali matahari akan lebih murah.

Meski begitu kita terus mengembangkan geothermal, dan kita rencanakan di tahun 2014 sudah mencapai 4.000 mw. kalau target ini tercapai Indonesia sudah menjadi juara pertama negara yang menggunakan geothermal terbanyak. PLN juga sudah selesai membuat program lima pulau terkemuka di dunia untuk 100% menggunakan tenaga matahari (Bunaken, Wakatobi, Banda, Derawan dan raja Empat). Tahun ini diprogramkan 100 pulau kecil sudah harus 100% tenaga matahari. Tahun depan kalau bisa 1.000 pulau. Begitu seterusnya.

Dewi, IF-95:
Kabarnya Bapak mampu membuat PLN yg tadinya merugi, sekarang dapat menuai untung. Apa saja yang Bapak lakukan dalam mengubah keadaan menjadi PLN untung? Apakah dgn menerapkan sistem voucher adalah langkah utk menuju untung? Dan bagaimana bapak mengatasi kebocoran listrik?

Oh ya Pak Dahlan, satu lagi, bagaimana PLN menangani pemadaman listrik bergilir? Dan kapan PLN berencana untuk zero pemadaman?

Dahlan Iskan:
Tidak benar saya berhasil membuat PLN untung. Laba PLN saat ini bukanlah laba yang sebenarnya. Ini laba yang dibuat “harus”. Kalau PLN tidak laba tidak akan dapat pinjaman, he he.

Kapan zero padam? Rasanya masih jauh. Target teman-teman PLN tahun ini adalah mengalahkan Malaysia. Konkritnya lagi, listrik Jawa harus mengalahkan Malaysia peninsula. Listrik Sumatera harus mengalahkan Serawak. Listrik Indonesia Timur harus mengalahkan Sabah.

Apa ukurannya?  Kalau di Jawa mati lampunya 9 kali per pelanggan per tahun, itu sudah mengalahkan Malaysia. Kalau akhir tahun ini program mengalahkan Malaysia sudah berhasil, tahun depan kami cari lagi negara mana yang harus kami loncati. Saya kira masyarakat belum terlalu berharap listrik di Indonesia bisa zero padam, karena hal itu akan sangat-sangat mahal investasinya. Tapi kalau bisa mengalahkan Malaysia, saya kira rakyat kita sudah cukup senang (sementara….)

Ahmad Zoelkarnaen, AR-87:
Sudah diketahui bahwa daerah kami Lampung sangat tekor daya listrik. Beberapa investor sdh serius mulai bergerak berminat serius untuk melakukan investasi pembangunan pembangkit listrik tenaga air (mini hydro plant) dan tenaga angin. Tetapi tetap ada rasa kekhawatiran kami bahwa pihak PLN tidak mau membeli daya listrik yang dihasilkan mrk kelak, atau tidak mau membeli dengan harga yang wajar, sehingga mrk akan urung berinvestasi, sementara pihak PLN sendiri tidak mampu secara cepat menutup celah kekurangan daya tsb.  Bagaimana pendapat Bapak tentang hal ini?

Dahlan Iskan:

PLN pasti beli listrik PLTM, apalagi di Lampung. Harganya pun sudah sangat bagus kan? Sudah sekitar 800,-/kWh. Tolonglah segera bangun dan kami akan sepenuhnya membantu. Memang untuk PLTM masih harus ada ijin dari menteri, tapi kami lagi merumuskan usul agar untuk PLTM tidak perlu serumit itu.

Hercules:
Senang mendengar Bench marking-nya. Itu baru dari sisi availability-nya terhadap yang sudah tersambung. Bagaimana dengan availability nya secara keseluruhan?
Sebagai Contoh, di Balikpapan, banyak sekali yang belum tersambung listrik (availability-nya 0?), padahal di situ gudang nya energy.
Bapak kan dari Kaltim sebelumnya. Apa permasalahannya? Apakah tidak bisa di beri sambungan semuanya khususnya di kota2 besarnya?

Dahlan Iskan:
Kaltim itu menjadi contoh terbunuhnya akal sehat selama puluhan tahun. Energi apa saja ada di situ, tapi krisis listrik yang amat berat. Batubara yang murah diekspor luar biasa, tapi semua pembangkitnya pakai BBM yang begitu mahal. Karena itu, sebelum masuk PLN, saya sering mengatakan bahwa kalau ada instansi yang paling saya benci, maka nomor satu adalah PLN!

Di Balikpapan kini sedang dipersiapan pembangunan PLTU 2 x 100 MW (sudah selesai tender, dananya juga sudah ada, tinggal memulainya, mungkin akhir Maret depan). Lalu beberapa PLTU lagi sedang diproses tendernya. Tapi semua itu memakan waktu dua tahun.

Di belahan utara, kami baru saja dapat gas kecil dari Medco, gas ini akan kami pakai untuk membangkitkan listrik di utara, lalu akan kami bangun kabel bawah laut ke Nunukan, lalu dengan kabel bawah laut lagi ke Sebatik. Semoga tahun depan pulau sebatik (yang separonya milik Malaysia itu) bisa lebih terang dari wilayahnya Malaysia. Masih terlalu banyak yang harus diperbuat di Kaltim. Maret ini saya ke sana untuk memulai proyek itu….

Ary Suhendro:
Dalam RUPTL PLN 2010-2019 tertanggal 8 Juli 2010, terdapat beberapa proyek strategis untuk PLTGU, PLTU dan PLTA. Dalam perjalanan waktu, nampak PLTP yang semula terkendala, kemungkinan tanggal 11 Maret 2011 akan ada angin segar (jika jadi ditandatangani “sesuatu”).
Mengingat PLTP termasuk pembangkit ramah lingkungan, dan Indonesia mempunyai cadangan panas bumi terbesar di dunia, rencana Bapak terhadap PLTP ini bagaimana?

Moga-moga Bapak bersedia memberikan perhatian lebih untuk PLTP. Moga-moga Bapak bersedia mengawal perjalanan (relative) awal PLTP ini. Moga-moga PLTP dapat membantu program Fast Track tahap kedua Bapak.Kami doakan Bapak selalu sehat, sehingga bisa berkontribusi aktif dalam kelistrikan di Indonesia.

Dahlan Iskan:
Kami memang menargetkan tanggal 11 Maret ini ada 5 kontrak Geothermal yang harus kami tandatangani. Semua upacara itu ingin kami laksanakan di makamnya Pak Vincent Raja, yakni tokoh Geothermal PLN yang juga alumni terkemuka ITB. Maksud kami menghargai almarhum yang berjuang keras mewujudkan Geothermal, tapi sampai beliau wafat belum terwujud.

Kami bersumpang untuk mewujudkan PLTP ulumbu di kampung halamannya itu sebelum natal tahun ini, sebagai hadiah natal bagi warga Flores. Sekarang ini, PLN sedang nginul (maksud saya sedang ngebor) Geothermal di Tulehu, Ambon. Mestinya Geothermal ini dibiayai oleh ADB, tapi karena kelamaan, maka saya putuskan dibiayai PLN sendiri, agar lebih cepat. Hari ini pengeborannya sudah mencapai 900 meter. mohon doa restu.

Masrizal Umar:
Terima kasih untuk kesediaannya berbagi ilmunya dengan kami. Pertanyaan saya:

  1. Menurut saya, Bapak termasuk salah satu Pathfinding Leader atau Cracker di Indonesia dan Calculated Risk Taker, Bagaimana Strategy Bapak untuk menyiapkan Leader2 baru di PLN, sehingga selanjutnya CEO PLN bisa dari Internal tetapi memang credible dan layak bukan hanya masalah senioritas saja? Seperti yg sudah dilakukan GE dengan GE University-nya.
  2. Trend dunia sekarang adalah menggunakan “Clean dan Sustainable Energy” salah satunya adalah PLTP atau Panas Bumi, tetapi kalau dilihat kontrak2 yang baru masih dominan dengan PLTU dgn Bahan Bakar Batu Bara. Kapan prosentase PLTP bisa lebih dari 50% dari source mix yg digunakan utk pembangkit.
  3. Apakah Bapak setuju dan ada rencana untuk menggunakan PLTN? Kalau iya kapan?
  4. Apakah Bapak bersedia jika dicalonkan jadi Calon Presiden atau Wapres?

Terima kasih dan semoga Bapak senantiasa sehat.

PS: Sejak Bapak jadi Dirut, Listrik di kompleks saya sdh jarang sekali byarpet kecuali faktor alam (badai atau banjir). Terima kasih, Pak. Mohon izin Blog-nya saya buat link ke Blog saya.

Dahlan Iskan:
Terus terang, di antara direksi sekarang setidaknya ada tiga yang pantas jadi Dirut PLN. Tidak perlu saya. Mereka hebat-hebat. Jadi besok pagi pun, misalnya saya berhenti dari PLN tidak perlu dikhawatirkan.

Kini kami sedang menjalankan program menyiapkan level kedua. Hampir selesai juga sehingga sudah mulai membicarakan penyiapan level ketiga, sambil kami sudah sepakat untuk melakukan percepatan naiknya golongan yang lebih muda. Kami sepakat hanya anak muda yang bisa membuat kemajuan.

PLTN, sepenuhnya saya setuju. Tinggal secara komersial memang masih lebih mahal dari sumber lain. “Salah kita” adalah kita punya banyak batubara, geothermal dan air yang jauh lebih murah dari nuklir. Tapi kalau tidak sekarang memulai, kita akan ketinggalan manakala di kemudian hari tiba-tiba kita harus bernuklir-ria.  Saya usul agar proyek PLTN pertama sebaiknya hasil kerjasama antara Insdonesia-Singapura-Malaysia. Akan tidak “bising” di bidang percaturannya. Kita cari lokasi yang bisa diterima ketiga negara itu. Dari  pada kita kerja sendiri tapi dimusuhi banyak orang…..

Yayuk, FI-76:
Mohon maaf, Pak. Mungkin perlu dilakukan pengecekan ke lapangan.

  1. Untuk listrik tenaga matahari yang ada di pulau bunaken dan wakatobi tidak berjalan mulus. Terakhir kami kesana (rekreasi – diving september 2010 dan januari 2011), semua. Resort dan juga penduduk desa membayar iuran listrik pakai tenaga genset, yang bising sekali bunyinya dan hanya sampai jam 6 sore. Jam 6 sore, tidak ada listrik sama sekali.
  2. Saya ingin bertanya, Pak. Apakah bapak mentargetkan besaran revenue di kantor2 cabang PLN ? Hal ini karena banyak sekali kejadian mirip yang berlangsung dalam 1 tahun terakhir ini. Saya dan juga ada 3 teman saya mengalaminya. Kami beli rumah dan baru tinggal rata2 6 – 12 bulan. Tiba2 kedatangan petugas PLN yang menyatakan meter PLN rusak, dan harus diuji kalibrasi ke sunter ( teman saya lainnya ke bSD – dekat rumah msg2). Hasil dari kalibrasi yang kami tdk pernah ketahui prosesnya, adalah form yang harus di-ttd oleh kami. Denda sebesar 17 juta, teman saya 37 juta, dan yang lainnya ada yang 24 juta. Kalau tdk dibayar maka listrik akan dipadamkan.. Memang pihak PLN memberikan kebijaksanaan cicilan, tetapi 20% harus dibayar didepan dan harus cash (agak aneh ini).

Sebagai pelanggan yang tdk punya alternatif lain, juga malas debat bolak balik ke PLN, kami terpaksa terima, padahal kalau dihitung tinggal 6 bulan dng bukti berupa akte jual beli rumah. Tdk mungkin kena beban 17juta.

Mohon klarifikasi Bapak utk kasus yang terjadinya hampir serentak ini tetapi pada lokasi yang berbeda-beda. Mohon maaf jika tidak berkenan.

Dahlan Iskan:
Kalau Anda ke Wakatobi dan Bunaken bulan september (SAYA JUGA DI SANA BULAN ITU, tapi untuk rapat dan tidak sempat menyelam, sayang…) rasanya tidak mungkin kalau Anda bisa melihat PLTS kami di sana. Bulan September itu baru proses tender. Pemasangan baru dilakukan bulan Desember. Sekarang sudah selesai tapi masih dalam tahap evaluasi, apakah masih ada kekurangan.

Soal yang kedua, saya belum bisa menjawab karena harus bertanya dulu kepada bagian itu. Maafkan atas kurang menguasainya persoalan ini.

Jalal Umaruddin:
Walaupun belum pernah ketemu secara langsung dengan Pak Dahlan, Tapi sangat bahagia bisa bertemu dalam diskusi virtual ini, semoga hari esok bisa bertemu.

Saya sering mengikuti artikel-artikel yang Pak Dahlan tulis, tentang ekonomi Global dan Nasional, tentang perjalanan gaya kepemimpinan yang Bapak instal di PLN sejak pertama sampai sekarang. Sungguh luar biasa, Kalau saya Presiden, saya ganti semua Dirut BUMN dengan karakter kepemimpinan seperti yang Bapak miliki (*untuk Indonesia saat ini).

Pertanyaan saya:

  1. Kenapa Indonesia tidak segera beralih ke PLTN? Secara ekonomis padahal per-unit energi MegaWattHour(MW) dibutuhkan biaya yang lebih kecil.Kalaupun LSM yang menjadi kendala karena menakutkan akan terjadi kecelakaan, Saya yakin ketika PLN mengajak diskusi secara terbuka dengan dengan LSM-LSM tersebut. Dan PLN berkomitmen untuk menjaga satefy dengan perjanjian di depan masyarakat banyak. Saya yakin mereka akan menerima.
  2. Sekitar 1,5 tahun yang lalu, Saya berdiskusi dengan Tenaga Ahli BP (British Petroleum) dalam feasibility study Lapangan Gas TANGGUH di Perairan Papua. Betapa kecewanya Saya melihat list nama calon konsumen gas tidak ada PLN. Konsumen terbesar Perusahaan Listrik Negeri Jepang. Padahal biaya produksi listrik per-unit energi dengan menggunakan LNG bisa 6 kali lebih murah dibandingkan dengan solar. padahal kita sudah banyak kecolongan dengan MOU penjualan gas di lapangan-lapangan gas seperti Arun (Aceh), Bontang (Kalimantan Timur) dll. Sedangkan Negara-negara lain importir LNG Indonesia bisa menyediakan Listrik dari LNG Indonesia yang sangat murah. Bagaimana Bapak Dahlan menanggapi hal ini?

Dahlan Iskan:
Kami juga menyesal mengapa PLN tidak dapat jatah gas dari Tangguh. Tapi semua itu sudah berlalu. Menyesalinya hanya membuat tidak akan bisa bekerja. Belajar dari situ, saya ngotot agar gas Donggi Senoro dijual ke PLN 100% dengan harga komersial. Tapi saya masuk ke PLN sudah terlambat, karena sudah terjadi kontrak. Kini kami lagi berjuang agar ijin LNG Sengkang bisa segera diterbitkan. Ini akan baik untuk mengganti BBM di Ambon, Lombok dan seterusnya.

Soal PLTN sudah saya jelaskan di email kepada rekan yang lain. Terima kasih atas dorongan LNG ini.

Sidik Permana:

  1. Terkait diversifikasi energi, menurut bapak potensi energi baru dan terbarukan di Indonesia untuk memenuhi prediksi defisit listrik Indonesia idealnya seperti apa, kontribusi idealnya dari resource yang ada?
  2. Tekait dengan kasus export batu bara dan kekurangan pasokan dalam negeri untuk PLN khususnya bagaimna pandangan bapak? apakah perlu menstop export atau mengurangi sampai batas equilibrium export ratenta ataubagaimana?
  3. Apakah mungkin kedepan karena potensi energi baru dan terbarukan penting, PLN menjadi promotor utama dan menjadi  punya anak perusahaan pengembangan potensi itu. Apakah concern PLN juga bagi pengembagan teknologi hemat energy.

Dahlan Iskan:
PLN sudah punya anak perusahaan di bidang geothermal, tapi memang masih kecil. Kelihatannya ke depan geothermal akan lebih banyak ditangani swasta dan Pertamina (karena dulunya, sesuai dengan peraturan yang berlaku waktu itu) wilayah geothermal itu menjadi hak Pertamina.

Kini wilayah geothermal (sesuai dengan peraturan yang berlaku sekarang) menjadi hak Pemda. Karena itu terserah Pemda untuk diapakan wilayah itu. Pemdalah yang harus melakukan tender dan dalam hal ini PLN tinggal menjadi pembeli listriknya.
Soal PLTN saya respons kepada rekan yang terdahulu.

Abdul Bari, GL-90:
Sebagai negara yang mempunyai potensi cadangan panas bumi dunia yang sangat besar (±40%).

  1. Apa rencana jangka pendek, jangka menengah dan jangka panjang untuk pelaksanaan penggunaan Tenaga Panas Bumi guna menunjang pemenuhan ketenagalistrikan di Indonesia?
  2. Dan apa langkah2 real yang sudah dilakukan?

Dahlan Iskan:
Sekali lagi bahwa wilayah geothermal itu kini (sesuai dengan UU yang baru) sudah menjadi milik Pemda. Sedang Wilayah yang lama, umumnya milik Pertamina. Kita doakan Pertamina segera membangunnya dan Pemda rajin membuka tender. PLN tinggal jadi pembeli listriknya. Kedengarannya agak ruwet ya?

Trias Adijaya:
Saat ini banyak perubahan energi green yang mengandalkan listrik sebagai sumber daya utama. Yang saya tau ada perusahaan mobil jerman terkemuka akan memproduksi mobil listrik pada tahun 2013 dan dapat digunakan sebagai pengganti mobil berbahan bakar fosil yang saat ini populer.

Pertanyaannya, apakah PLN sebagai pemasok listrik di Indonesia sudah siap dgn kemungkinan pertambahan kebutuhan seperti ini? Berapa asumsi pertumbuhan kebutuhan listrik per rumah tangga? Apalagi kalo jalan ke mall dng mudah dan murahnya kita bisa beli perlengkapan RT bertenaga listrik.

Dahlan Iskan:
Kami memang memimpikan PLN akan berperan besar dalam mengubah sifat lalu-lintas kita. Kami bayangkan suatu saat SPBU-2 itu berubah menjadi colokan listrik. Lalu, listrik di rumah-rumah yang kalau tengah malam tidak dipakai itu bisa dipakai untuk charging mobil/motor listrik.

Tapi semua itu jangan dilakukan tahun ini atau tahun depan. Masih terlalu banyak keperjaan yang lebih mendesak. Kalau hal itu bisa mulai diwujudkan tahun 2013, rasanya akan hebaaat…..

Susilo Cahyono:
Pak Dahlan senang dan terima kasih ada kesempatan berinteraksi dengan Bapak. To the point aja pak, pertanyaan saya:

  1. Bagaimana langkah pertama Bapak ketika memasuki dunia ketenagalistrikan yg benar2 baru dan dengan PLN yg punya handicap “rugi”, atau “utang numpuk” dll mengingat selama itu keberhasilan usaha bapak adalah di bidang yg sangat berlainan.
  2. Apakah menurut Bapak sistem pentarifan listrik PLN saat ini masih perlu dirasionalisasi, dirubah dan diperbaiki? Mengingat berbagai hal saat ini sudah sgt berbeda dg era lalu menyangkut bisnis ketenagalistrikan di era yg sangat kompetitif ini, juga peningkatan peranan swasta dlm usaha ketenagalistrikan yg mau gak mau restrukturisasi bisnis ketenagalistrikan juga berubah.

Terima kasih sebelumnya, dan selamat bekerja dan sukses, Pak.

Dahlan Iskan:
Memang saya tidak tahu apa itu listrik. Minggu pertama di PLN saya minta seorang manajer memberikan kursus kepada saya dengan judul: Apakah listrik itu? Saya sungguh menyesali diri mengapa dulu tidak punya kesempatan kuliah di Fakultas Elektro.

Soal pentarifan, setelah saya renungkan, sistem India yang terbaik. Di India akan komite non pemerintah yang menentukan tarif listrik. Komite itu beranggotakan tokoh-tokoh masyarakat. Jadi mereka yang lebih rasional dalam membela kepentingan rakyat sebagai konsumen dan kepentingan penyedia listrik. Dengan demikian sangat imbang.

Selama tarif listrik ditentukan para politisi sulit berharap listrik akan menjadi baik. Di India jalan tol pun tentukan oleh komite non pemerintah. Ini yang membuat pertumbuhan ekonomi India menjadi 9 % selama beberapa tahun terakhir. Tapi sampai akhir tahun ini saya belum akan berteriak soal ini. Lebih baik saya memperbaiki PLN dulu agar lebih effisien dan memenuhi harapan masyarakat.

Fik Ahmad:
Pak Dahlan, debat soal capping sempat ramai. Dulu bapak pengusaha pengguna listrik yg besar, sekarang pak Dahlan penyedia listrik dengan kondisi harga penjualan yang jauh dari memadai keekonomiannya.

Menurut Bapak bagaimana kebijakan listrik secara kesdeluruhan terkait harga dan ketersediannya? Apakah yang harus direvisi dari kebijakan saat ini?

Dahlan Iskan:
Saya memang punya pabrik kertas yang bayar listriknya waktu itu sampai Rp 12 miliar/bulan. Yang saya keluhkan bukan soal mahalnya, tapi seringnya padam/trip. Kerugian sangat besar karena sekali listrik mati atau trip menghidupkan mesinnya lagi perlu waktu enam jam.

Soal capping sudah selesai. Semua pengusaha sudah membayar listrik tanpa capping (sudah 100% membayar tangal 28 Februari hari ini).  Saya ngotot capping itu dicabut karena tidak masuk akal sehat. Rp 1,1 triliun subsidi hanya dinikmati oleh 304 perusahaan. Salah satunya perusahaan multinasional yang hebat yang labanya saja Rp 4 triliun setahun. Apakah yang seperti ini pantas dapat subsidi? Perusahaan itu sendiri tidak pernah minta dicapping, karena itu ketika capping dicabut tidak keberatan sama sekali. Mereka juga tidak ingin disubsidi karena memang mampu. Banyak penerima subsidi yang sebenarnya karena ditakdirkan “diberi”, he he.

Budiawan Butarbutar:
Pak, di milis sebelah pernah ada diskusi tentang teknologi pembangkitan yg relatif baru yg kabarnya jauh lebih murah, yakni CWS (coal water slurry). Walaupun baru tapi kabarnya di China sudah lebih 100-an PLTU di sana menggunalan teknologi CWS.

Tentunya PLN sudah mendengar dan mengetahui teknologi ini. Mengapa PLN belum menggunakan teknologi ini kabarnya karena ada mafia yg menghalanginya. Mafia yg mengejar rente batubara dan BBM.

Bagaimana menurut bapak dan direksi lainnya tentang pilihan teknologi ini? Dan bagaimana pula tanggapan bapak jika ada mafia yang mencoba menghalangi penggunaan teknologi ini.

Dahlan Iskan:
Itu bukan teknologi pembangkitan, tapi jenis bahan bakar. Pembangkit yang selama ini menggunakan gas atau BBM, dengan perubahan tertentu akan bisa menggunakan bahan bakar slury. Bahan bakar ini pada dasarnya batubara yang dilembutkan yang lembutnya mungkin melebihi lembutnya bedaknya Luna Maya he he…, lalu dicampuri kimia tertentu dan jadi barang cair berwarna hitam pekat.

Nah benda cair itulah yang dialirkan ke boiler untuk dibakar di dalam boiler. Kami sudah sering mendiskusikannya dan kini lagi menunggu pilot proyek yang baru akan selesai dua tahun lagi yang dikerjakan oleh investor dari Jepang karena itu memang teknologi mereka.

Abdul Manan:

Saya ingin bertanya tentang rahasia sukses bapak.Apa primary values bapak sehingga bapak kelihatan selalu berhasil didalam memimpin berbagai kegiatan usaha yang sdh dipimpin selama ini .Tks salam hormat.

Dahlan Iskan:

Tidak betul saya selalu berhasil. Banyak sekali perusahaan saya yang saya tutup karena gagal. Persoalannya, hanyalah karena saya sering diminta jadi pembicara seminar yang topiknya “Kiat Sukses Dahlan Iskan”. Judul itu panitia yang menentukan. Ini tidak fair. Seharusnya harus sering juga diadakan seminar dengan topik “Kegagalan-kegagalan Dahlan Iskan”. Sayangnya sampai hari ini belum ada panitia yang minta seperti itu. Kalau ada pun akan saya ceritakan semuanya.

Mulyanto M-76:

Acara yg menarik, selamat buat P Dahlan atas keterbukaan ini. Saya punya beberapa pertanyaan atau komentar sbb:

  1. Pada RUPTL yg baru, cukup banyak rencana pembangunan pembangkitan yg melibatkan nilai tidak sedikit. Bgmn mendorong industri lokal unt berperan. Industri lokal harus menanggung biaya bea masuk bahan, sedangkan import barang bea masuk bisa nol.
  2. Menurut informasi PLTU dari program percepatan 10 000 MW tahap pertama performance, reliability, waktu serta dukungan servis minim. Hampir seluruh PLTU tsb dari satu negara. Mengapa 10 000  tahap kedua juga tetap memakai dari negara yg sama.
  3. Selain geothermal, biomass dapat diprioritaskan 4. PLN bersama dg Pabrik gula dpt bersinergi unt program swasembada gula dan biomass, seperti Brazil

Dahlan Iskan:
Tolong diingat, saya ini DIRUT PLN yang tidak bisa bicara soal industri apalagi bea masuk segala, ha ha. Soal 10.000 yang pertama kami lagi kerja keras sekali untuk menambal di sana-sini, tapi yah dijalani saja, dinikmati saja. Soal mengapa dulunya begitu, yah apa perlu kita perdebatkan?

Yang 10.000 kedua sudah berubah total lho! Yang kedua itu 40%-nya GEOTHERMAL, selebihnya ditenderkan secara terbuka dari negara mana pun, termasuk karena di dalamnya lebih banyak milik swasta. Kita memang harus belajar dari pembangunan 10.000 tahap pertama. Inilah ongkos kuliah yang lebih mahal daripada kuliah di ITB.

Larasati, TK85:
Berkaitan dengan program 100 pulau yang akan menggunakan tenaga surya, apakah itu program PLN, atau melibatkan pihak swasta?

Dahlan Iskan:
Itu sepenuhnya program PLN tapi untuk pasok peralatannya ditenderkan. Sekarang ini di dalam negeri sudah ada sekitar 10 perusahaan pemasok tenaga surya. Bangga kami melihat perkembangan ini.

PLN akan terus mengembangkan pulau-pulau kecil itu karena selama ini pulau2 tersebut sangat sulit dilayani. Harga BBMnya mahal sekali dan sering tidak bisa diangkut ke sana, karena lagi musim gelombang, misalnya.

Karena itu kini kami menciptakan yang kami sebut “Sistem Listrik Kepulauan”. Ini untuk mengatasi tujuh propinsi yang memang propinsi kepulauan. Karena itu propinsi seperti NTT yang tahun lalu ratio elektrifikasinya baru 31% (terendah di Indoensia) akan langsung loncat menjadi 70% akhir tahun ini. Semoga berhasil dan membuat propinsi yang selalu tertinggal itu menjadi sesekali berada di depan.

Ismie:

Selamat malam Pak Dahlan, saya tertarik dg topik PLTU utk Kaltim padahal terdpt banyak batubara disana, ada yg menarik utk PLTU di Meulaboh tapi spec batubara Kalimantan ironinya di lokasi tsb juga ada batubara sehingga ada kemarahan masyarakat di daerah tsb. Mereka mengharapkan teknologi PLTU nya bisa memanfaatkan batubara lokal, bagaimana tanggapan Bapak dengan masalah ini?

Dahlan Iskan:
PLTU Meulaboh atau juga sering disebut Nagan raya itu baru jadi tahun depan. Di masa lalu memang sudah ditenderkan bahwa batubaranya dari kalimantan. Anda benar, bahwa di depan PLTU itu ternyata ada tambang batubara. Kini kami sedang mempelajarinya. termasuk bagaimana batubara setempat yang HGi-nya terlalu tinggi itu bisa dipergunakan di PLTU Meulaboh. Kita lagi cari teknologi yang bisa mengatasi HGI yang berlebihan itu. semoga berhasil.

Ricky Cahya Andrian, EL-97:
Kalo di PLN, Pak Dahlan Iskan ada program live chatting dengan para pegawainya apa bisa dilakukan hal spt ini?

Dahlan Iskan:

Saya sudah dua kali melakukan live chatting khusus untuk seluruh karyawan PLN. Yang pertama saya lakukan ketika saya berada di Palu untuk mengatasi krisis listrik yang luar biasa di sana. Kedua beberapa waktu lalu. Sebentar lagi bisa kita adakan lagi. Rame kok. Sampai jari ini rasanya seperti digigit semut.

Ayuhanif:

  1. Menurut Pak DI, adakah “kebohongan” yg dilakukan oleh pemerintahan SBY terkait dengan penyediaan energi listrik utk rakyat Indonesia?
  2. “Jika ada”, sejauh apa hal itu mempengaruhi kinerja PLN?

Saran:
ITB memiliki kelompok2 keahlian dan grup penelitian (research group) yang dapat ditingkatkan kualitasnya dalam menghasilkan inovasi pengayaan dibidang energi listrik. utk itu dibutuhkan kerjasama antara komponen2 penelitian di ITB tersebut dgn dunia usaha dan industri yg dalam hal ini PLN. saya ingin mendorong adanya kerjasama “program hibah penelitian di bidang energi listrik PLN-ITB” yang bertujuan:

  1. Mendorong terwujudnya kerjasama dalam pelaksanaan dan  pengembangan penelitian sesuai dengan kompetensi yang dimiliki ITB
  2. Pengelolaan dana penelitian secara optimal dalam grup penelitian yang berkualitas
  3. Pengembangan kerjasama dengan lembaga atau mitra di luar ITB, sehingga mampu menghasilkan penelitian yang bermutu dan berdaya saing tinggi. sekiranya, hal ini dapat diwujudkan dengan sinergis.

Ini saja yg ingin saya sampaikan. Terimakasih sebelumnya. Selamat berkarya, Pak DI.

Dahlan Iskan:
Saya belum mencermati itu. Saya sendiri punya prinsip yang bisa membedakan antara “program” dan “janji”. Program bisa meleset, bisa tidak tercapai, tadi tidak bisa disebut bohong. Sedang janji, kalau tidak dipenuhi, harus disebut bohong. Mungkin banyak yang mencampuradukkan antara “program” dan “janji”.

Dicky Gumirlang:

Bagaimana menurut bapak mengenai PLTN untuk opsi pemenuhan kebutuhan listrik kita? Apakah kita akan menuju ke sana, dan kapan? Atau bapak termasuk yang tidak setuju PLTN?

Dahlan Iskan:
Saya setuju kita memulai PLTN, tapi jangan dimaksudkan sebagai senjata mengatasi krisis listrik. Membangun PLTN itu perlu waktu lima tahun, kita keburu mati oleh krisis. Demikian juga dibandingkan dengan Batubara atau Geothermal masih terlalu mahal.

Karena itu kalau kita memasuki era PLTN harus dimaksudkan dulu sebagai upaya untuk menyiapkan diri agar jangka panjang kita siap melakukannya. Kita perlu masuk ke PLTN dengan tujuan agar SDM kita sudah mulai diberi kesempatan sejak sekarang.

Yusadana Made:

Menyimak peran orang muda di PLN, saya kebetulan karyawan bapak di PLN P3B Sumatera, sejak lulus kuliah dr ITB tahun 2002 langsung masuk PLN. Saya ingin menanyakan hal-hal apa sekiranya yg membuat bahwa diwaktu yg akan datang PLN akan menjadi perusahaan yg hebat dan disegani masyarkat Indonesia .

Dahlan Iskan:

Hari ini tadi kita rapat kerja. Di situ saya beberkan road map PLN ke depan, yang kata teman-teman sangat menjanjikan. Cobalah anda cari bocoran presentasi yang sudah disempurnakan oleh peserta raker itu. Kalau sulit dapat bocoran, Anda hubungi saya.

Daniel David:

Saya sangat tertarik dengan kalimat Bapak, yaitu kami sepakat hanya anak muda yang bisa membuat kemajuan. Pertanyaan saya, sejauh mana bapak memberikan kesempatan kepada yang muda2 untuk dapat berkembang dan membuat kemajuan di PLN, Pak?

Itu saja pertanyaan sederhana saya, Pak. semoga bapak diberikan kesehatan selalu oleh Tuhan. Amin. Sukses membawa perubahan bagi PLN dan Bangsa ini.

Dahlan Iskan:
Di perusahaan saya yang lama, hal itu bisa saya laksanakan dengan konsekuen dan total. Di PLN banyak sekali hambatannya, terutama hambatan prosedur. Misalnya seseorang untuk naik tingkat harus melewati banyak sekali syarat dan kriteria dan apa lagilah.

Sekarang persyaratan itu lagi dikurangi dan diperependek. Dari sembilan syarat (harus pernah jadi apa dan harus pernah ikut pendidikan apa), menjadi hanya empat saja. Semoga Anda belum keburu tua.

Saya sendiri ketika sakit selama tiga tahun menyerahkan kepemimpinan kepada anak muda yang baru 32 tahun. Selama saya tinggal sakit perusahaan ternyata terus maju dan tambah maju. Setelah saya sembuh, mau kembali ke posisi itu lagi menjadi malu, lalu saya tetapkan mengangur saja. Eh, ketahuan presiden dan jadilah Dirut PLN yang terlalu tua.

Ketut Wiyasa:

  1. Ketika saya bekerja di salah satu internet provider di denpasar Bali (sejahtera globalindo), perusahaan kami juga berlangganan backbone ke icon+ yang menghubungkan salah satu bts kami ke NOC nusa dua dan NOC nusa dua dan surabaya, availability cukup tinggi,support cukup bagus (boleh pinjam modem dlm keadaan darurat) walaupun masih office hour only, pertanyaan saya : kapan PLN menyediakan VAS (value added service) akses internet untuk pelanggan? Karena secara teknis implementasi tidak sulit) (istilah saya the sleeping giant) karena sudah leading di biaya kontruksi pekerjaan sipil yang meningkat seiring waktu sementara harga kabel dan peralatan makin murah. (Pengalaman kami tarik kabel optik dari nusa dua ke peti tenget)
  2. Bagaimana dengan perkembangan pembangunan PLTGU Telukan Bawang?

Dahlan Iskan:
Saya sih kepingin PLN fokus ke mengurus listrik. Tidak perlu ngurus yang macam-macam dan aneh-aneh.

Alma Adventa:
Semoga Bapak dalam keadaan sehat walafiat. Saya salut dengan usaha Bapak untuk membenahi PLN. Namun sayang sekali setelah 6 bulan target tidak ada pemadaman di daerah saya di Kalimantan Tengah pemadaman listrik masih sering terjadi dalam seminggu bisa dua sampai tiga kali (tidak jarang setiap 2 hari sekali) dan padam dalam jangka waktu yang lama bisa mencapai 6-8 jam.Sampai ada joke ini bukan pemadaman bergilir tapi penyalaan bergilir.

Yang menjadi pertanyaan saya adalah mengapa di daerah yang merupakan salah satu produsen batubara, tidak ada satupun PLTU. Selama ini listrik Kalteng sangat tergantung dengan Kalsel. Dan sering terjadi PLTU Asam-Asam di Kalsel kekurangan batubara.
Kira-kira kapan PLTU Pulang Pisau bisa mulai beroperasi? Karena selama ini tambahan listrik di Kalteng diperoleh dari PLTD, padahal masyarakat sangat kekurangan solar (harus antri berjam-jam di SPBU).

Apakah ada rencana untuk membangun PLTU di daerah DAS Barito untuk memenuhi kebutuhan listrik yang sangat kurang di daerah yang notabene penghasil batubara ini?

Satu lagi pertanyaan saya, mengapa sangat sulit bagi masyarakat di Kalteng untuk mendapat sambungan listrik? Kadang harus harus main tembak sampai 7 juta untuk satu sambungan.

Demikian pertanyaan dan keprihatinan saya akan masalah listrik di Kalteng. Terimakasih untuk perhatian dan jawaban Bapak Dahlan Iskan. Semoga Tuhan menganugerahi bapak kebahagiaan dan kesehatan.

Dahlan Iskan:
Kalteng dan Kalsel memang sangat mengecewakan. Saya merasa tertipu di sini. Bahkan sehari tadi kami membahas situasi di sana dan mengambil langkah nyata dengan cara menambah lagi pembangkit 40 MW di sana dalam waktu dua bulan ke depan…maafkan. Ternyata memang ada yang tercecer.

David Ketaren, SI-81:
Seni apa yg Bapak terapkan dlm memimpin PLN? Saya dengar bhw pengeluaran terbesar dari PLN adalah untuk BBM, sbg contoh besarannya sampai 100 an T. Jadi kalo bisa menghemat BBM 2% saja dalam satu tahun artinya menghemat nilai Rp 2 T. Sungguh sangat besar. Bagaimana soal BBM PLN ini, Pak?

Dahlan Iskan:
Orang-orang bilang saya menggunakan jurus pendekar mabuk. Saya memang mabuk dalam hal BBM itu. Karena itu teman-teman setuju kita melakukan program yang kami sebut “pembunuhan berencana”. Kami akan membunuh pembangkit-pembangkit yang “salah makan” itu. Pembangkit tersebut sesuai dengan desainnya mestinya dimakani gas, tapi tidak pernah mendapat gas, akhirnya dimakani BBM.

Pertengahan tahun ini, setidaknya ada 1.000 MW pembangkit jenis ini yang akan kami bunuh. Itulah sebabnya belakangan ini kami banyak membeli trafo IBT agar kami bisa melakukan “pembunuhan” itu dengan senjata sistem. Misalnya PLTGU Tambak Lorok Semarang itu, akan kami bunuh dengan acara memasang trafo IBT GITET Ungaran. Dengan demikian listrik Semarang kami ambilkan dari sistem 500kv Jawa. Lalu ditambah dari PLTU Rembang yang secara langsung akan kami masukkan ke Semarang dengan sistem 150kv.

Daniel Daud, AR-84:
Pak Dahlan, agar Indonesia bisa menjadi negara maju, apa yg harus dipersiapkan?

Dahlan Iskan:
Yang paling penting siap mental dulu, yakni siap mental bahwa untuk menjadi negara maju perlu waktu dan perlu iklim yang baik, termasuk iklim agar warga negara itu mayoritas memiliki sikap positif. Kalau terlalu banyak orang yang pikirannya negatif dan pesimis, negara ini akan benar-benar gagal maju.

Tentu kalau kita bisa membuat pertumbuhan ekonomi 7 persen setahun, Indonesia tidak mungkin tidak maju. Dengan pertumbuhan selama ini saja ekonomi indonesia terus maju. Sepuluh tahun lalu kita tidak bisa membayangkan bahwa pendapatan perkapita kita bisa USD 3.200 seperti terjadi sekarang ini. Kalau tidak ada aral melintang, lima tahun lagi jadi USD 6.000/kapita.

Dengan jumlah penduduk yang 250 juta, bisa dibayangkan skala ekonomi Indonesia. Saya merasa bangga bahwa akhir tahun depan skala ekonomi Indonesia sudah lebih besar dari skala ekonomi Belanda, negara yang 350 tahun menjajah kita. Saya bangga, seperti orang RRT bangga bisa mengalahkan ekonomi Jepang tahun lalu. Kita tunggu saja, Indonesia akan maju sendiri siapa pun pemerintahnya, sepanjang kondisi seperti ini kita pertahankan.

Farli Siregar:
Saya sangat setuju Pak, mudah2an penegakan hukum di negeri ini bisa dilakukan lebih massive lagi, seperti yg sedang Bapak lakukan di PLN.

Irendra Radjawali:
Terimakasih untuk waktu bapak. Saya tertarik untuk mengetahui rencana PLN jangka panjang berkaitan dengan energi dari sumber terbarukan. Apakah PLN memiliki strategi dengan memberikan insentif bagi pengembang energi terbarukan terutama pada skala kecil (rumah tangga dengan panel surya misalnya)? Sejauh yang saya tau, beberapa saudara di daerah yang ingin mengembangkan pembangkit listrik dari sumber terbarukan terbentur pada terbatasnya akses terhadap grid. Terimakasih banyak, Pak.

Dahlan Iskan:
Untuk tenaga surya kami mengembangkan tiga sistem sekaligus: 1) Sistem Sehen, 2) sistem komunal 3) hybrid.

Kalau Anda berminat besar, bisa bersama teman-teman PLN ke pulau Sumba, sebuah pulau yang terdiri dari empat kabupaten yang besarnya sekitar tiga kali lipat pulau Bali. Di sana sedang dilakukan pemasangan sisten Sehen. satu rumah dapat tiga lampu, dengan satu panel, dan setiap kelompok ada satu televisi (televisinya sudah dibuat khusus untuk tenaga surya).

Lampu-lampu itu bisa dicopot dan dibawa berjalan-jalan sebagai senter. Bisa juga kalau di desa itu lagi ada kondangan, masing-masing orang membawa lampu sendiri-sendiri sehingga tempat kondangan atau pesta itu terang benderang oleh ratusan lampu sehen. Di Pulau Sumba ini akan ada 170.000 rumah yang dilistriki dengan sistem ini.

Adi Irianto, EL-81:
Bapak Dahlan, mohon bapak bisa jujur mengkritik alumni yg lulusan ITB dalam pengalaman bapak di PLN atau tempat Bapak sebelumnya, apa plus dan minusnya alumni ITB untuk perbaikan ke depan bagi kinerja bangsa ini. Terima kasih dan sehat selalu.

Dahlan Iskan:
Minggu lalu saya ke ITB, ceramah di depan dosen dan guru besar dan mahasiswa elektro ITB. Sebelum saya naik podium, ternyata ada empat sambutan. Seperti ada lomba pidato hari itu. Dalam hati saya tersenyum, ITB sudah seperti birokrasi saja….he he

Laksono Budi Prasetyo / TA-77:
Dalam pengantar CV Bapak disebutkan bahwa selain sebagai pemimpin Grup Jawa
Pos, Pak Dahlan juga merupakan Presiden Direktur dari dua perusahaan pembangkit
listrik swasta: PT Cahaya Fajar Kaltim di Kalimantan Timur dan PT Prima Electric
Power di Surabaya. Sejak akhir 2009, Bapak menjabat sebagai Direktur Utama PLN

Bagaimana bapak mengatasi konflik kepentingan dalam memimpin perusahaan milik  swasta dan milik pemerintah tersebut. Demikian pertanyaan singkat saya Pak, mohon maaf bila tidak berkenan. Semoga Bapak selalu dikaruniai Allah kesehatan lahir dan batin dalam pengabdian Bapak untuk bangsa dan negara.

Dahlan Iskan:
Untuk urusan yang menyangkut kepentingan saya, saya tidak mau ikut membahas dan memutuskan. Tapi penjelasan ini akan sulit diterima dan karena itu ya saya jalani saja apa yang menurut saya baik dan menurut saya sesuai dengan hati nurani dan rasa keadilan masyarakat.

Akbar, PL-04:
Apa motivasi bapak ketika jadi Dirut PLN?

Mengenai PLTN, bagaimana pendapat bapak, apakah setuju atau punya target khusus kapan implementasinya? Kebetulan saya asli Pati, didaerah saya isu ttg PLTN Muria dimulai sejak awal tahun 90an dan sampe sekarang tidak jelas juntrungannya kemana. Pernah dengar isu kalo sebenarnya PLTN Muria dibuat diam2 dan sudah ada patoknya disana, katanya lho pak.

Setelah jadi Dirut pln, kalau boleh tahu rencana bapak selanjutnya apa ya, jadi Dirut BUMN lainnya atau terjun ke dunia perpolitikan? Saya selalu membaca PLN CEO note tiap bulan di web-nya PLN dan sangat menginspirasi saya. Terima kasih, semoga selalu diberi kesehatan.

Dahlan Iskan:
Memang tidak begitu jelas apa motivasi saya jadi dirut PLN. Campur-aduk seperti coto Makasar! Setelah jadi Dirut PLN saya memilih akan menjadi “mantan Dirut PLN”!

Natal Hutabarat:
Saya senang baca Blog Anda. Saya sangat senang punya seorang leader yg senang berbagi dalam bentuk tulisan. Yang jadi pertanyaan saya, bagaimana bapak menyikapi dan merespon apabila karyawan PLN ada yg ketahuan korupsi? Atau menyalahgunakan jabatannya di PLN utk kepentingannya sendiri atau memperkaya pihak2 tertentu? Atau semisal ketahuan menerima sogokan dalam memenangkan tender?

Ridwan Noor:
Mungkin pertanyaan dibawah ini, pertanyaan standar yang sering ditanyakan. Namun saya rasa tidak ada salahnya saya tanyakan ke Pak Dahlan. Salah satu Permasalahan di indonesia untuk bumn adalah masalah mentalitas di karyawannya, mungkin secara tegas saya sebut korupsi (saya tidak sedang mengeneralisir bahwa semua karyawan bumn bermasalah, toh banyak juga yang mempunyai integritas tinggi, ini sangat tergantung pribadi masing-masing, namun saya menitikberatkan disini untuk pegawai bermasalah dan bagaimana kita mencari solusi untuk masalah seperti ini).

Di sini, yang ingin saya tanyakan adalah penyelesaian di sistem (kalau orang per orang tentu KPK jawabannya). Bagaimana menurut Bapak model yang baik untuk menyelesaikan masalah seperti ini (apa membentuk bumn sejenis yang menjadi tandingan semisal, atau malah privatisasi,dll) baik dari sisi eksternal maupun internal perusahaan? Mungkin itu dulu Pak, kalau ada kemiripan pertanyaan dgn yang lain, digabung saja. Terima kasih sebelumnya.

Dahlan Iskan:
Tahun lalu kami merombak sistem pengadaan strategis. Sistemnya juga harus diperbaiki di samping orangnya. Misalnya perantara tidak boleh menjadi leader dalam proyek pembangunan gardu induk. Hasil perombakan sistem pengadaan strategis ini menghasilkan penghematan Rp 2,4 triliun setahun kemarin. Misalnya satu trafo IBT yang dulu harganya Rp 120 miliar/buah, dengan perubahan sistem itu menjadi tingal Rp 40 miliar/buah.

Tahun ini pembenahan kami teruskan ke perubahan sistem pengadaan spare part di seluruh Indonesia. Dana pengadaan spare part itu mencapai Rp 7 triliun setahun. Kalau bisa dihemat tentu uangnya bisa dipakai untuk memperbaiki kualitas layanan, atau, misalnya untuk menambah daya di Kalteng tadi.

PENUTUP

Betti Alisjahbana:
Rupanya banyak sekali pertanyaan-pertanyaan yang masuk malam ini sehingga tanpa terasa waktu sudah jam 22:14. Pada kesempatan ini kami ingin menyampaikan terima kasih kepada Pak Dahlan Iskan yang telah bersedia menjawab berbagai pertanyaan yang di ajukan.

Membaca jawaban-jabawan pak Dahlan dan melihat kemajuan-kemajuan yang telah di capai PLN kami jadi lebih optimis bahwa masalah-masalah yang masih ada akan segera teratasi. Semoga PLN semakin sukses. Terima kasih sekali lagi.

Salam hangat penuh semangat.

Dahlan Iskan:
Tidak terasa sudah melebihi jam 21.00. Saya minta maaf melebihi jam yang disediakan Betti Alisjahbana. Semoga bisa disambung di waktu mendatang. Ciao! Xie Xie!

 

 

Tuesday, 01 March 2011 09:24 | Written by Betti Alisjahbana

Dialog Kepemimpinan Bersama Dahlan Iskan

 

 
www.stisitelkom.ac.id www.di.stisitelkom.ac.id www.ktm.stisitelkom.ac.id
www.dkv.stisitelkom.ac.id www.dp.stisitelkom.ac.id www.srm.stisitelkom.ac.id
www.blog.stisitelkom.ac.id www.multimedia.stisitelkom.ac.id
www.elearning.stisitelkom.ac.id www.library.stisitelkom.ac.id
www.repository.stisitelkom.ac.id www.cloudbox.stisitelkom.ac.id
www.digilib.stisitelkom.ac.id www.mirror.stisitelkom.ac.id
www.sisfo.stisitelkom.ac.id www.hilfan.blog.stisitelkom.ac.id
www.telkomuniversity.ac.id www.stisitelkom.academia.edu
www.kuningmas-autocare.co.id www.usnadibrata.co.id www.askaf.co.id www.hilfans.wordpress.com www.hilfan-s.blogspot.com www.profesorjaket.co.id

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Discover more from Just Shared on Tel-U

Subscribe now to keep reading and get access to the full archive.

Continue reading