Categories
Entrepreneurship Kepemimpinan dan Manajemen

KEPEMIMPINAN EFEKTIF, KEPEMIMPINAN YANG MAMPU MENGAMBIL KEPUTUSAN YANG TEPAT

KEPEMIMPINAN EFEKTIF, KEPEMIMPINAN YANG MAMPU MENGAMBIL KEPUTUSAN YANG TEPAT

NISRUL IRAWATI SE, MBA
Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara

Sumber : http://url.stisitelkom.ac.id/83359

Sumber PDF : http://url.stisitelkom.ac.id/85599

 

I. PENDAHULUAN
Akhir-akhir ini banyak orang membicarakan masalah krisis kepemimpinan. Konon sangat sullt mencari kader-kader pemimpin pada berbagai tingkatan. Orang pada zaman sekarang cenderung mementingkan diri sendiri dan tidak atau kurang
perduli pada kepentingan orang lain, kepentingan lingkungannya. Krisis kepemimpinan ini disebabkan karena makin langkanya keperdulian pada kepentingan orang banyak, kepentingan lingkungannya. Sekurang-kurangnya
terlihat ada tiga masalah mendasar yang menandai kekurangan ini. Pertama adanya krisis komitmen. Kebanyakan orang tidak merasa mempunyai tugas dan tanggung jawab untuk memikirkan dan mencari pemecahan masalah kemaslahatan bersama,
masalah harmoni dalam kehidupan dan masalah kemajuan dalam kebersamaan.
Kedua, adanya krisis kredibilitas. Sangat sulit mencari pemimpin atau kader pemimpin yang mampu menegakkan kredibilitas tanggung jawab. Kredibilitas itu dapat diukur misalnya dengan kemampuan untuk menegakkan ketika memikul amanah, setia pada kesepakatan dan janji, bersikap teguh dalam pendirian, jujur dalam memikul tugas dan tanggung jawab yang dibebankan
padanya, kuat iman dalam menolak godaan dan peluang untuk menyimpang. Ketiga, masalah kebangsaan dan kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Saat ini tantangannya semakin kompleks dan rumit. Kepemimpinan sekarang tidak cukup
lagi hanya mengandalkan pada bakat atau keturunan. Pemimpin zaman sekarang harus belajar, harus membaca, harus mempunyai
pengetahuan mutakhir dan pemahamannya mengenai berbagai soal yang menyangkut kepentingan orang-orang yang dipimpin. Juga pemimpin itu harus memiliki kredibilitas dan integritas, dapat bertahan, serta melanjutkan misi kepemimpinannya. Kalau tidak, pemimpin itu hanya akan menjadi suatu karikatur yang akan menjadi cermin atau bahan tertawaan dalam kurun sejarah di kelak di kemudian hari.
Apa yang dibutuhkan seorang Pemimpin ?
II. ARTI KEPEMIMPINAN
Leadership is capatibilty of persuading others to work together undertheir direction as a team to accomplish certain designated objectives (kepemimpinan adalah kemampuan meyakinkan orang lain supaya bekerja sama di bawah pimpinannya sebagai suatu tim untuk mencapai atau melakukan suatu tujuan, demikian tulis James M Black dalam bukunya Management, A guide to Executive Command.  Seorang pemimpin itu adalah berfungsi untuk memastikan seluruh tugas dan kewajiban dilaksanakan di dalam suatu organisasi. Seseorang yang secara resmi diangkat menjadi kepala suatu group I kelompok bisa saja ia berfungsi atau mungkin
tidak berfungsi sebagai pemimpin.
Seorang pemimpin adalah seseorang yang unik dan tidak diwariskansecara otomatis tetapi seorang pemimpin haruslah memiliki karekteristik tertentu yang timbul pada situasi -situasi yang berbeda.
Menurut John. R. Schermer Horn, Jr1) Leading and being a manager are not one and the samething. To be a
manager means to act effectively in the comprehensive sense of planning,organizing, leading and controlling. Leadership sucuss is a necessary but not suffcient condition for managerial success. A good manager is always a good leader, but a good leader
is not necesserily a good manager.
III. KEKUASAAN DAN WEWENANG
Untuk dapat mengusahakan orang lain bekerjasama dengannya, maka pemimpin dapat menggunakan kewibawaan tertentu atau diberikan kewenangan/kekuasaan formal tertentu. Kekuasaan merupakan suatu bagian yang merasuk ke seluruh sendi kehidupan organisasi. Bahkan dikatakan oleh Mc Clelland kekuasaan merupakan salah satu kebutuhan manusia. Manager dan non manager menggunakan kekuasaan dalam aktivitas sehari-harinya. Mereka memanipulasi
kekuasaan untuk mencapai tujuan dan memperkuat kedudukan mereka. Dalam teori otoritas formil, kewenangan adalah suatu kekuasaan atau hak untuk bertindak, untuk memerintah atau menurut tindakan oleh orang lain.

KEKUASAAN DAN WEWENANG
Kekuasaan merupakan kemampuan mempengaruhi orang lain untuk mencapai sesuatu dengan cara yang diinginkan. Studi tentang kekuasaan dan dampaknya merupakan hal yang penting dalam manajemen. Karena kekuasaan merupakan kemampuan mempengaruhi orang lain, maka mungkin sekali setiap interaksi dan hubungan sosial dalam suatu organisasi melibatkan penggunaan kekuasaan. Cara pengendalian unit organisasi dan individu di dalamnya berkaitan dengan penggunaan kekuasaan. Kekuasaan manager yang menginginkan peningkatan jumlah penjualan adalah kemampuan untuk meningkatkan penjualan
itu. Kekuasaan melibatkan hubungan antara dua orang atau lebih. Dikatakan A mempunyai kekuasaan atas B, jika A dapat menyebabkan B melakukan sesuatu di mana B tidak ada pilihan kecuali melakukannya. Kekuasaan selalu melibatkan
interaksi sosial antar beberapa pihak, lebih dari satu pihak. Dengan demikian seorang individu atau kelompok yang terisolasi tidak dapat memiliki kekuasaan karena kekuasaan harus dilaksanakan atau mempunyai potensi untuk dilaksanakan
oleh orang lain atau kelompok lain:
Kekuasaan amat erat hubungannya dengan wewenang. Tetapi kedua konsep ini harus dibedakan. Kekuasaan melibatkan kekuatan dan paksaan, wewenang merupakan bagian dari kekuasaan yang cakupannya lebih sempit. Wewenang tidak menimbulkan implikasi kekuatan. Wewenang adalah kekuasaan formal yang dimiliki oleh seseorang karena posisi yang dipegang dalam organisasi. Jadi seorang bawahan harus mematuhi perintah manajernya karena posisi manajer tersebut telah memberikan wewenang untuk memerintah secara sah.
Unsur yang ada di dalam wewenang :
1. Wewenang ditanamkan pada posisi seseorang. Seseorang mempunyaiwewenang karena posisi yang diduduki, bukan karena
karakteristik pribadinya;
2. Wewenang tersebut diterima oleh bawahan. Individu pada posisi wewenang yang sah melaksanakan wewenang dan dipatuhi bawahan karena dia memiliki hak yang sah; serta
3. Wewenang digunakan secara vertikal. Wewenang mengalir dari atas ke bawah mengikuti hierarkii organisasi.
Konsep lain yang sangat dekat dengan kekuasaan adalah pengaruh. Pengaruh merupakan suatu transaksi sosial di mana seseorang atau sekelompok orang yang lain untuk melakukan kegiatan sesuai dengan harapan orang atau ke!ompok yang mempengaruhi. Dengan demikian kita bisa mendefinisikan kekuasaan sebagai kemampuan untuk mempunyai pengaruh. Pembedaan kekuasaan dengan pengaruh akan lebih memperjelas pemahaman atas konsep ini. Tetapi para penulis juga sering menggunakan konsep pengaruh dengan maksud menjelaskan kekuasaan, begitu sebaliknya. Dalam modul ini istilah pengaruh dan kekuasaan bisa dipakai secara bergantian.
BASIS KEKUASAAN
Kekuasaan dapat berasal dari berbagai sumber. Bagaimana kekuasaan tersebut diperoleh dalam suatu organisasi sebagian besar tergantung jenis kekuasaan yang sedang dicari. Kekuasaan dapat berasal dari basis antar pribadi, struktural, dan situasi.
1. Kekuasaan Antarpribadi
John R.P. French dan Bertram Raven mengajukan lima basis kekuasaan antar pribadi sebagai berikut : kekuasaan legitimasi, imbalan, paksaan, ahli, dan panutan.

a. Kekuasaan Legitimasi
Kekuasaan legitimasi adalah kemampuan seseorang untuk mempengaruhi orang lain karena posisinya. Seorang yang tingkatannya lebih tinggi memiliki kekuasaan atas pihak yang berkedudukan lebih rendah. Dalam teori, orang yang mempunyai kedudukan sederajat dalam organisasi, misalnya sesama manajer, mempunyai kekuasaan legitimasi yang sederajat pula. Kesuksesan penggunaan kekuasaan legitimasi ini sangat dipengaruhi oleh bakat seseorang mengembangkan seni aplikasi kekuasaan tersebut. Kekuasaan legitimasi sangat serupa dengan wewenang. Selain seni pemegang kekuasaan, para bawahan memainkan peranan
penting dalam pelaksanaan penggunaan legitimasi. Jika bawahan memandang penggunaan kekuasaan tersebut sah, artinya sesuai dengan hak-hak yang melekat, mereka akan patuh. Tetapi jika dipandang penggunaan kekuasaan tersebut tldak sah, mereka mungkin sekali akan membangkang. Batas-batas kekuasaan ini akan sangat tergantung pada budaya, kebiasaan dan sistem nilai yang berlaku dalam organisasi yang bersangkutan.
b. Kekuasaan Imbalan
Kekuasaan imbalan didasarkan atas kemampuan seseorang untukmemberikan imbalan kepada orang lain (pengikutnya) karena kepatuhan mereka. Kekuasaan imbalan digunakan untuk mendukung kekuasaan legitimasi. Jika seseorang memandang bahwa imbalan, baik imbalan ekstrinsik maupun imbalan intrinsik, yang ditawarkan seseorang atau organisasi yang mungkin sekali akan
diterimanya, mereka akan tanggap terhadap perintah. Penggunaan kekuasaan imbalan ini amat erat sekali kaitannya dengan teknik memodifikasi perilaku dengan menggunakan imbalan sebagai faktor pengaruh.
c. Kekuasaan Paksaan
Kekuasaan imbalan seringkali dilawankan dengan kekuasaan paksaan, yaitu kekuasaan untuk menghukum. Hukuman adalah segala konsekuensi tindakan yang dirasakan tidak menyenangkan bagi orang yang menerimanya. Pemberian hukuman
kepada seseorang dimaksudkan juga untuk memodifikasi perilaku, menghukum perilaku yang tidak baik/merugikan organisasi dengan maksud agar berubah menjadi perilaku yang bermanfaat. Para manajer menggunakan kekuasaan jenis ini agar para
pengikutnya patuh pada perintah karena takut pada konsekuensi tidak menyenangkan yang mungkin akan diterimanya. Jenis hukuman dapat berupa pembatalan pemberikan konsekwensi tindakan yang menyenangkan; misalnya pembatalan promosi, pembatalan bonus; maupun pelaksanaan hukuman seperti skors, PHK, potong gaji, teguran di muka umum, dan sebagainya.
Meskipun hukuman mungkin mengakibatkan dampak sampingan yang tidak diharapkan, misalnya perasaan dendam, tetapi hukuman adalah bentuk kekuasaan paksaan yang masih digunakan untuk memperoleh kepatuhan atau memperbaiki prestasi yang tidak produktif dalam organisasi.
d. Kekuasaan Ahli
Seseorang mempunyai kekuasaan ahli jika ia memiliki keahlian khusus yang dinilai tinggi. Seseorang yang memiliki keahlian teknis, administratif, atau keahlian yang lain dinilai mempunyai kekuasaan, walaupun kedudukan mereka rendah.
Semakin sulit mencari pengganti orang yang bersangkutan, semakin besar kekuasaan yang dimiliki.Kekuasaan ini adalah suatu karakteristik pribadi, sedangkan kekuasaan legitimasi, imbalan, dan paksaan sebagian besar ditentukan oleh organisasi, karena posisi yang didudukinya. Seorang montir mungkin sekali memiliki kekuasaan ahli karena dia mengetahui seluk beluk mesin secara rinci, lebih dari orang lain.
e. Kekuasaan Panutan
Banyak individu yang menyatukan diri dengan atau dipengaruhi oleh seseorang karena gaya kepribadian atau perilaku orang yang bersangkutan. Karisma orang yang bersangkutan adalah basis kekuasaan panutan. Seseorang yang berkarisma ; misalnya seorang manajer ahli, penyanyi, politikus, olahragawan; dikagumi karena karakteristiknya. Derajat kekuasaan panutan ditentukan oleh
kekuatan pengaruh karisma terhadap orang lain.

Dengan demikian basis kekuasaan antar pribadi dapat dikategorikan menjadi dua macam, organisasi dan pribadi. Kekuasaan legitimasi, imbalan dan paksaan terutama ditentukan oleh organisasi, posisi, kelompok formal atau pola interaksi khusus. Kekuasaan legitimasi seseorang dapat diubahdengan mengalihtugaskan orang yang bersangkutan, merumuskan kembali uraian pekerjaan atau mengurangi kekuasaan orang yang bersangkutan dengan menata kembali organisasi. Di lain pihak, kekuasaan panutan dan kekuasaan ahli sangat bersifat pribadi, tidak tergantung pada posisi dalam organisasi.

Kelima jenis kekuaaan antara pribadi di atas tidaklah berdiri sendiri atau terpisah-pisah. Seseorang dapat menggunakan basis kekuasaan tersebut secara efektif melalui berbagai kombinasi. Mungkin juga penggunaan basis kekuasaan tertentu dapat mempengaruhi jenis kekuasaan yang lain. Misalnya, seorang manajer yang menggunakan kekuasaan paksan untuk menghukum seorang bawahan mungkin akan kehilangan kekuasaan panutannya karena kebanyakan orang tidak menyukai atau tidak mengagumi manajer yang menghukumnya.
2.Kekuasaan Struktural dan Situasional
Kekuasaan terutama ditentukan oleh struktur didalam organisasi.Struktur organisasi di pandang sebagai mekanisme pengendalian yang mengatur organisasi. Dalam tatanan struktur organisasi, kebijaksanan ngambilan keputusan dialokasikan
keberbagai posisi. Selain itu struktur membentuk pola komunikasi dan arus informasi. Jadi struktur organisasi menciptakan kekuasaan dan wewenang formal, dengan menghususkan orang-orang tertentu untuk melaksanakan tugas pekerjaan
dan mengambil keputusan tertentu dengan memanfaatkan kekuasaan informal mungkin timbul karena truktur informasi dan komunikasi dalam sistem tersebut .
Posisi formal dalam organisasi amat erat hubungannya dengan kekuasaan dan wewenang yang melekat. Tanggung jawab, wewenag dan berbagai hak-hak yang lain tumbuh dari posisi seseorang. Bentuk lain kekuasaan struktur timbul karena sumber daya, pengambilan keputuan, dan informasi.
Sumber Daya

Seorang ahli mengemukakan bahwa kekuasaan struktur seorang berasal dari : pertama, penggunaan sumber daya, informasi, dan dukungan ; kedua, kemampuan memperoleh kerjasama untuk melakukan pekerjaan yang penting.
Kekuasan terjadi jika seseorang mempunyai saluran terbuka atas sumber daya, dana tenaga kerja, teknologi, bahan mentah, pelanggan dan sebagainya.

Dalam organisasi sumber daya vital dialokasikan dibawah sepanjang garis hierarki organisasi. Manejar tingkat atas mempunyai kekuasaan lebih banyak untuk mengalokasikan sumber daya dibandingkan dengan manajer tingkat bawahannya.
Manajer tingkat yang lebih rendah memperoleh sumber daya yang diberikan oleh manajer tingkat yang lebih atas. Untuk menjamin pencapaian tujuan manajer tingkat yang lebih atas mengalokasikan sumber daya atas dasar prestasi dan kepatuhan.
Jadi, seorang manejer tingkat atas biasanya mempunyai kekuasaan atas manajer yang lebih rendah harus menerima sumber daya dari atas untuk mencapai tujuan.
Hubungan ketergantungan hierarki tersebut terjadi karena keterbatasan sumber daya yang terbatas harus dialokasikan seoptimal mungkin demi pencapaian tujuan. Tanpa kepatuhan yang cukup tujuan dan permintaan top manajer, manajer pada tingkat yang lebih rendah tidak dapat menerima sumber daya yang diperlukan ©2004 Digitized by USU digital library 5untuk melaksanakan pekerjaan. Pebagian pekerjaan, misalnya posisi dalm hirarki
organiasi, memberikan hak istimewa kepada mnajemen pada tingkat yang lebih
tinggi untuk mangalokasikan sumber daya.
3. Kekuasaan Pengambilan Keputusan
Derajat sesorang atau sub unit dapat mempengaruhi pengambilan keputusan
akan menentukan kadar kekuasaan. Sesorang atau sub unit yang memiliki
kekuasaan dapat mempengaruhi jalannya proses pengembalian keputusan, alternatif
apa yang seyogyanya dipilih dan kapan keputusannya diambil.
Kekuasan Informasi
Memiliki akses atau (jangkauan) atas informasi yang relevan dan penting
merupakan kekuasan. Gambaran yang benar tentang kekuasan seseorang tidak
hanya disediakan oleh posisi orang yang bersangkutan, tetapi juga oleh penguasan
orang yng bersangkutan, tetapi juga oleh penguasan orang yang bersangkutan atas
informasi yang relevan. Seseorang akuntan dalam struktur organisasi umumnya
tidak memiliki basis kekuasaan antar pribadi khusus yang kuat atau jelas dalam
struktur orgnisasi, tetapi mereka memiliki kekuasan karena mereka mengendalikan
informasi yang penting.
Selanjutnya situasi organisasi dapat berfungsi sebagai sumber kekuasaan
atau ketidakkekuasaan. Manajer yang sangat berkuasa muncul karena ia
mengalokasikan sumber daya yang dibutuhkan, mengambil keputusan yang penting,
dan memiliki jgkun informsi yang penting. Dialah yang memungkinkan banyak hal
yang terjadi dalam organisasi. Sebaliknya, manajer yang tidak mempunyai kekuasan
tidak mempunyai sumber daya atau jangkuan informsi atau hak-hak prerogatif
dalam pengambilan keputusan yang diperlukan agar produktif.
IV. KRITERIA SEORANG PEMIMPIN
Siapa orang yang bisa diangkat atau dipilih untuk menjadi pemimpin. Untuk
menjawab pertanyaan ini perlulah kita menentukan kriteria yang akan dipakai untuk
memilih pimpinan tersebut. Seorang pemimpin itu haruslah paling sedikit mampu
untuk memimpin para bawahan untuk mencapai tujuan organisasi dan juga mampu
untuk menangani hubungan antar karyawan. Mempunyai interaksi antar personnel
yang baik dan mempunyai kemampuan untuk bisa menyesuaikan diri dengan
keadaan.

Sebagai sifat yang berguna bagi pemimpin yang dapat dipertimbangkan
adalah :
1. Keinginan Untuk Menerima Tanggung Jawab
Apabila seseorang pemimpin menerima kewajiban untuk mencapai suatu
tujuan, berarti ia bersedia untuk bertanggung jawab kepada pimpinannya
atas apa-apa yang dilakukan bawahanya.Disini pemimpin harus mampu
mengatasi bawahanya, mengatasi tekanan kelompok informal, bahkan
kalau perlu juga harus serikat buruh .Hampir semua pemipin merasa bahwa
pekerjaan lebih banyak menghabiskan energi daripada jabatan bukan
pimpinan
©2004 Digitized by USU digital library 6 2. Kemampuan Untuk Bisa”Perceptive”
Perceptive menunjukan Kemampuan untuk mengamati atau menemukan
kenyataan dari suatu lingkungan. Setiap pimpinan haruslah mengenai
tujuan organisasi sehingga mereka bisa bekerja untuk membantu mencapai
tujuan tersebut. Disini ia memerlukan kemampuan untuk untuk memahami
bawahan, sehingga ia dapat mengetahui kekuatan dan kelemahan mereka
serta juga berbagai ambisi yang ada. Di samping itu pemimpin harus juga
mempunyai persepsi intropektif ( menilai diri sendiri ) sehingga ia bisa
mengetahui kekuatan, kelemahan dan tujuan yang layak baginya. Inilah
yang disebut kemampuan “Perceptive”
3. Kemampuan untuk bersikap Objektif
Objektivitas adalah kemampuan untuk melihat suatu peristiwa atau
merupakan perluasan dari kemampuan perceptive.Apabila perceptivitas
menimbulkan kepekaan terhdap fakta, kejadian dan kenyatan-kenyatan
yang lain. Objektivitas membantu pemimpin untuk meminimumkan faktorfaktor emosional dan pribadi yang mungkin mengaburkan realitas.
4. Kemampuan Untuk Menentukan Perioritas
Seorang pemimpin yang pandai adalah seseorang yang mempuanyai
kemampuan untuk memiliki dan menentukan mana yang penting dan mana
yang tidak. Kemampuan ini sangat diperlukan karena pada kenyataanya
sering masalah-masalah yang harus dipecahkan bukan datang satu per satu
tetapi seringkali masalah datang bersamaan dan berkaitan antara satu
dengan yang lainnya.
5. Kemampuan untuk berkomunikasi
Kemamapuan untuk memberikan dan menerima informasi merupakan
keharusan bagi seorang pemimpin. Seorang pemimpin adalah orang yang
bekerja dengan menggunakan bantuan orang lain, karena itu pemberian
perintah, penyampaian informasi kepada orang lain mutlak perlu dikuasai.
Sementara itu menurut study yang dilakukan Kurt Lewin dan temn-temn di
Jowa State University
Mengemukakan kriteria-kriteria seorang pemimpin:

 

V. PERILAKU PEMIMPIN
Pemimpin yang efektif kelihatannya tidak mempunyai sifat-sifat yang
berbeda dengan mereka yang tidak efektif sehingga para ahli perilaku management
tidak lagi meneliti tentang apa persayaratan ( kriteria ) seorang pemimpin yang
efektif melainkan para ahli ini meneliti tentang hal-hal yang dilakukan oleh pemimpin
yang efektif.Bagaimana mereka mendelegan tugas,bagaimana mereka mengambil
keputusan, bagaimana mereka berkomunikasi dan memotivasi para bawahan
Seorang pemimpin memang harus memiliki Kwalitas tertentu ( Kriteria
tertentu ) namun disamping itu ada suatu cara terbaiak untuk memimpin tidak
seperti kwalitas pemimpin, maka perilaku pemimpin merupakan sesuatu yang dapat
dipelajari, jadi seseorang yang dilatih dengan kepemimpinan yang tepat akan bisa
menjadi pemimpin yang efektif.
©2004 Digitized by USU digital library 8Perilaku pemimpin ini disebut juga Gaya Kepemimpinan ( Style of
Leadership ). Berbagai gaya kepemimpinan telah diteliti dan ditemukan bahwa
setiap pemimpin telah diteliti dan ditemukan bahwa setiap pemimpin bisa
mempunyai gaya kepemimpinan yang berbeda antara yang satu dengan yang lain,
dan tidak mesti suatu gaya kepemimpinan yang satu lebih baik atau lebih jelek
daripada gaya kepemimpinan yang lainya.
Para ahli mencoba mengelompokkan gaya kepemimpinan dengan
menggunakan sutu dasar tertentu. Dasar yang sering dipergunakan adalah tugas
yang dirasakan harus dilakukakan oleh pemimpin, Kewjiban yang pimpinan
harapakan diterima oleh bawahan dan falsafah yang dianut oleh pimpinan untuk
pengembangan dan pemenuhan harapan para bawahan.
Ada berbagai gaya kepemimpinan antara lain :
1. The anthocratic leader
Seorang pemimpin yang otokratik menganggap bahwa semua kewajiban
untuk mengambil keputusan, untuk menjalankan tindakan, dan untuk
mengarahkan tindakan, dan untuk mengarahkan, memberi motivasi dan
mengawasi bawahanya terpusat ditanganya. Seorang pemimpin yang
otokratik mungkin memutuskan, dan punya perasaan bahwa bawahanya
tidak mampu untuk baranggapan mempunyai posisi yang kuat untuk
mengarahkan dan mengawasi pelaksanaan pekerjaaan dengan maksud
untuk meminimumkan penyimpangan dari arah yang ia berikan.
2. The Paticipative Leader
Apabila seseorang pemimpin menggunakan gaya partisipasi ia menjalankan
kepemimpinan dengan konsultasi. Ia tidak mendelegasikan wewenangnya
untuk membuat keputusan akhir dan untuk memberikan pengarahan tertentu
kepada bawahanya. Tetapi ia mencari berbagai pendapat dan pemikiran dari
pada bawahanya mengenai keputusan yang akan diambil. Ia akan secara
serius mendengarkan dan menilai pikiran –pikiran para bawahanya dan
menerima sumbangan pikiran mereka .Sejauh pemikiran tersebut bisa
dipraktekan .Pemimpin dengan gaya partisipatif akan mendorong kemampuan
mengambil keputusan dari pada bawahanya sehingga pikiran –pikiran mereka
akan selalu meningkat dan makin matang . Para bawahanya juga didorong
agar meningkatkan kemampuan mengendalikan diri dan menerima tanggung
jawab yang lebih besar. Pemimpin akan lebih “ Supportive” dalam kontak
dengan para bawahan dan bukan menjadi bersikap diktator. Meskipun tentu
saja. Wewenang terakhir dalam penganbilan keputusan terletak pada
pimpinan.
3. The Free Rein Leader
Dalam gaya kepemimpinan “ Free rein “ pemimpin mendelegasikan
wewenang untuk mengambil keputusan kepada para bawahanya dengan agak
lengakap. Pada prinsipnya pimpinan akan mengatakan “ inilah pekerjaan yang
harus saudara lakukakn. Saya tidak peduli bagaimana kalau mengerjakannya,
asal kan pekerjaan tersebut bisa diselesaikan dengan baik “. Disini pimpinan
menyerahkan tanggung jawab atas pelaksanaan pekerjaan tersebut kepada
para bawahanya. Dalam artian pimpinan menginginkan agar para bawahan
bisa mengendaliakan diri mereka sendiri di dalam menyelesaikan pekerjaan
tersebut. Pimpinan tidak akan membuat peraturan-peraturan tentang
pelaksanaan pekerjaan tersebut, dan hanya para bawahan dituntut untuk
memiliki kemampuan/keahlian yang tinggi .
©2004 Digitized by USU digital library 9VI. PENGAMBILAN KEPUTUSAN
Pengambilan keputusan dapat dilihat sebagai salah satu fungsi seorang
pemimpin . Dalam pelaksanan kegiatan untuk menerjemahkan berbagi keputusan
berbagai alternatif dapat dilakukan dan untuk itu pemilihan harus dilakukan.
Pengambilan keputusan adalah soal yang berat karena sering menyangkut
kepentingan banyak orang.Tidak ada sesuatu yang pasti dalam pengambilan
keputusan . Pemimpin harus memilih diantara alternatif yang ada dan kemungkianan
implikasi atau akibat suatu pengambilan keputusan tertentu.
Hakekat Pengambilan Keputusan
Pengambilan keputusan pada hakekatnya adalah suatu pendekatan yang
sistematis terhadap hakekat suatu masalah . Pengumpulan fakta-fakta dan data,
penentuan yang matang dari alternatif yang dihadapi dan mengambil tindakan –
tindakan yang menurut perhitungan merupakan tindakan yang paling tepat. Dari
pengertian ini dapat diartikan beberapa hal.
ƒ Dalam proses pengambilan keputusan tidak ada hal yang terjadi
secara kebetulan.
ƒ Pengambilan keputusan harus didasarkan kepada sistematika tertentu,
antara lain : dengan mempertimbangkan kemampuan organisasi,
personnel yang tersedia, situasi lingkungan yang akan digunakan
untuk melaksanakan keputusan yang diambil.
ƒ Sebelum suatu masalah dapat dipecahkan dengan baik, hakekat dari
masalah tersebut harus diketahui dengan jelas.
ƒ Pemecahan masalah tidak dapat dilakukan dengan coba-coba tetapi
harus didasarkan pada fakta yang terkumpul secara sistematis, baik
dan dapat dipercaya.
ƒ Keputusan yang baik adalah keputusan yang diambil dari berbagi
alternatif yang ada setelah alternatif-alternatif itu dianalisa secara
matang.

Langkah-langkah Pengambilan Keputusan
Masalah yang dihadapi oleh seorang pemimpin terikat pada suatu tempat,
situasi, orang dan waktu tertentu. Masalah dalam pengambilan keputusan senantiasa
dihubungkan dengan tujuan yang jelas.
Jenis-jenis masalah yang dihadapi oleh seorang pemimpin berdasarkan
internitas masalahnya dapat digolongkan menjadi masalah yang sederhana dan
masalah yang komplek. Masalah yang sederhana ialah masalah yang mengandung
ciri-ciri : kecil, berdiri sendiri dan tidak/kurang mempunyai kaitan dengan masalah
lain. Pemecahannya biasanya tidak memerlukan pemikiran yang luas tetapi cukup
dilakukan secara individual, yang umumnya didasarkan kepada pengalaman,
informasi yang sederhana dan wewenang yang melekat pada jabatan.
masalah yang komplek yaitu masalah yang mempunyai ciri-ciri : besar, tidak
berdiri sendiri sendiri, berkaitan dengan masalah-masalah lain, dan, mempunyai
akibat yang luas. Pemecahannya umumnya dilakukan bersamaan antara pimpinan
dengan stafnya.
Dilihat dari faktor penyebabnya, masalah yang dihadapi dapat berupa masalah
yang jelas penyebabnya (structure problem) dan masalah yang tidak. jelas
©2004 Digitized by USU digital library 10penyebabnya (unstructured problem). Masalah yang jelas penyebabnya, faktor
penyebabnya jelas. bersifat rutin dan biasanya timbul berulang-ulang, sehingga
pemecahannya dapat dilakukan dengan proses pengambilan keputusan yang
bercorak rutin dan dibakukan. Proses pengambilan keputusannya pada dasarnya
telah ditentukan langkah-langkah tertentu, relatif mudah untuk memperhitungkan
hasil serta akibat-akibatnya.
Masalah yang tidak jelas penyebabnya yaitu masalah yang timbul sebagai
kasus yang menyimpang dari masalah organisasl yang bersifat umum, faktor
penyebabnya tidak jelas. Tehnik pengambilan keputusannya disebut nonprogrammed decision making technique, dimana diperlukan informasi tambahan,
analisa, daya cipta, pertimbangan serta penilaian kasus.
Pengambilan keputusan antara lain juga diartikan sebagai suatu tehnik
memecahkan suatu masalah dengan mempergunakan tehnik-tehnik ilmiah. Secara
singkat dapat dikatakan bahwa ada 7 langkahyang perlu diambil dalam usaha
memecahkan masalah dengan mempergunakan teknik-teknik ilmiah. Langkahlangkah itu adalah (Siagian SP, 1973) :
1. Mengetahui hakekat dari pada masalah yang dihadapi, dengan perkataan lain
mendefinisikan masalah yang dihadapi itu dengan setepat-tepatnya;
2. Mengumpulkan fakta dan data yang relevant
3. Mengolah fakta dan data tersebut;
4. Menentukan beberapa alternatif yang mungkin ditempuh;
5. Memilih cara pemecahan dari alternatif-alternatif yang telah diolah dengan
matang;
6. Memutuskan tindakan apa yang hendak dilakukan ;
7. Menilai hasil-hasil yang diperoleh sebagai akibat daripada keputusan yang telah
diambil.
Ketujuh langkah tersebut seolah-olah mudah untuk diambil, akan tetapi dalam
kenyataannya yang telah diuji melalui berbagai eksperimendan penelitian,
pengambilan ketujuh langkah itu tidaklah mudah. Implikasinya ialah setiap pimpinan
harus terus berusaha untuk meningkatkan kemampuannya mempergunakan tehniktehnik ilmiah dimaksud.
VII. KESIMPULAN
Seorang pemimpin yang efektif harus mempunyai keberanian untuk mengambil
keputusan dan memlkul tanggung jawab atas aklbat dan resiko yang timbul sebagai
konsekwensi daripada keputusan yang diambilnya Tentunya dalam mengambil
keputusan.
Seorang pemimpin harus punya pengetahuan, keterampilan, informasi yang
mendalam dalam proses menyaring satu keputusan yang tepat. Disamping itu,
seorang pemimpin yang efektif adalah seseorang yang dapat mempengaruhi dan
mengarahkan segala tingkah laku dari bawahan sedemikian rupa sehingga segala
tingkah laku bawahan sesuai dengan keinginan pimpinan yang bersangkutan. Untuk
itu seorang pemimpin setidaknya harus memiliki kriteria-kriteria tertentu, misalnya
kemampuan bisa “perceptive” dan objektif.
Dalam mengarahkan dan memotivasi bawahan agar melakukan pekerjaan
dengan sesuai, seorang pemimpin bisa memilih suatu gaya kepemimpinan tertentu
©2004 Digitized by USU digital library 11apakah gaya autokratis, gaya partisipatif dan bahkan gaya Free Rein yang sesuai
dengan situasi dan lingkungan para bawahan. Hanya dengan jalan demikian
pencapaian tujuan dapat terlaksana dengan efisien dan efektif.
VIII. DAFTAR PUSTAKA
1. Robert J. Thie Rauf, Effective Management Information Systems, E. Merril
Publishing Co, Ohio, USA, 1984
2. Robert Albanese, David D. Van Fleet, Organizational Behavior: A Managerial
Viewpoint, Dryden Press, Texas, 1984.
3. Heidjrachman Ranupandojo, Suad Husnan, Manajemen Personalia, BPFE,
Yogyakarta, 1996.
4. M. Manulang, Manajemen Personalia, Ghalia Indonesia, 1990.
5. Saul. W. Gellerman, Manajer dan bawahan, Seri Manajemen No 83, Lembaga
Pendidikan dan Pembinaan
Manajemen, (LPPM), 1983.
6. Winardi, Manajemen Personalia, Abardin, Bandung, 1990.
7. Miftah Thoha, Kepemimpinan Dalam Manajemen, CV. Rajawali, Jakarta, 1985.
8. James. L. Gibson, John M. Ivancevich, James H. Donnely, organisasi dan
Manajemen, Erlangga, Jakarta, 1994.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Discover more from Just Shared on Tel-U

Subscribe now to keep reading and get access to the full archive.

Continue reading