Categories
Kepemimpinan dan Manajemen

Kunci Sukses Kepemimpinan di Era Sosial

Source : http://leadershipqb.com/index.php?option=com_content&view=article&id=9177:kunci-sukses-kepemimpinan-di-era-sosial&catid=39%:betti-content&Itemid=30

 

Teknologi telah menciptakan perubahan di setiap lini kehidupan, termasuk dalam aktivitas organisasi. Perubahan ini terutama dapat dilihat dan dirasakan dalam berkomunikasi. Ya, teknologi—terutama internet—telah menggiring dunia memasuki era sosial, yang salah satunya ditandai dengan lahirnya beragam media sosial.

 

Kelahiran media sosial memberikan lebih banyak sarana bagi orang untuk berkomunikasi. Sebut saja Twitter dan Facebook sebagai contoh yang paling populer saat ini. Banyak pemimpin dunia telah memanfaatkan Twitter dan Facebook untuk berkomunikasi dan menyampaikan pesan kepada banyak orang. Menurut studi Burson-Marsteller, sebuah perusahaan humas dan komunikasi yang berbasis di New York, AS, setidaknya sebanyak 264 pemimpin dari 125 negara telah memiliki akun Twitter. Dari jumlah tersebut, sebanyak 30 kepala negara mengelola sendiri akun mereka.

 

Menurut studi yang dilansir pada bulan Juli 2012 tersebut, Presiden Barack Obama adalah pemimpin yang paling populer di Twitter. Akun @BarackObama memiliki sekitar 18 jutafollower. Akun tersebut juga di-follow oleh 76 pemimpin negara dan pemerintahan dari negara-negara sahabat AS.

 

Selain Obama, beberapa pemimpin dunia lainnya yang memanfaatkan Twitter adalah Presiden Prancis Francois Hollande (@Fhollande), Presiden Brasil Dilma Rousseff (@DilmaBR), Perdana Menteri Inggris David Cameron (@Number10gov), PM Malaysia Najib Razak (@NajibRazak), dan PM Singapura Lee Hsien Loong (@leehsienloong).

 

Barack Obama merupakan pemimpin dunia pertama yang mendaftarkan dirinya ke Twitter, yakni pada 5 Maret 2007. Pemimpin dunia kedua yang melakukan hal tersebut adalah Presiden Meksiko, Enrique Pena Nieto, lewat akun @EPN. Nieto membuat akun Twitter pada bulan yang sama dengan Obama.

 

Di Indonesia, beberapa pemimpin daerah sudah mulai memanfaatkan Twitter. Di antaranya adalah gubernur terpilih DKI Jakarta Joko Widodo (@jokowi_do2) dan wakilnya Basuki Tjahaja Purnama (@basuki_btp), dan mantan walikota Yogyakarta Herry Zudianto (@herry_zudianto).

 

Kendati demikian, era sosial bukan semata soal media sosial. Era sosial tidak hanya ditandai dengan lahirnya media sosial dan pemanfaatannya. Era sosial juga ditandai dengan kebangkitan komunitas.

 

Di era industri, seseorang bisa disebut sebagai pemimpin jika dia memiliki jabatan atau posisi yang memberinya kekuasaan. Tetapi di era sosial, kepemimpinan seseorang tak lagi hanya diukur dari posisi dan jabatannya. Ide, komunitas, dan tujuanlah yang akan memberikan kekuasaan bagi pemimpin di era sosial. Hal ini dipaparkan oleh Nilofer Merchant, pendiri dan CEO perusahaan Rubicon, dalam bukunya yang berjudul 11 Rules for Creating Value in the Social Era. Merchant juga merupakan dosen di Universitas Standford.

 

Menurut Merchant, di era sosial, organisasi harus memiliki tujuan untuk menciptakanvalue bagi banyak orang. Karena itu, yang dituntut dari seorang pemimpin di era sosial bukan hanya harus memiliki tujuan dan ide yang cerdas, tetapi juga harus fokus dengan tujuannya. Ia dituntut untuk mampu menyelaraskan seluruh elemen dalam organisasinya. Hal utama yang harus dimiliki oleh sebuah organisasi untuk bertahan di era sosial adalah kemampuan untuk beradaptasi.

 

Dalam bukunya, Merchant memaparkan 11 aturan dalam era sosial yang perlu diterapkan agar organisasi dan sumber daya manusianya dapat berkembang. Beberapa di antaranya berhubungan dengan networking, komunitas, dan kolaborasi.

 

  • Networking. Jika era industri identik dengan membangun sesuatu, maka era sosial identik dengan menghubungkan berbagai hal, orang, dan ide. Era sosial terkait erat dengan networking, cara bagaimana menghubungkan banyak orang yang memiliki tujuan dan ketertarikan yang sama. Pemimpin perlu memikirkan agar organisasi mampu memberikan value bagi banyak orang, menghubungkan banyak pihak, hingga akhirnya mereka bersatu untuk mendukung dan memberikan kontribusi bagi organisasi.
  • Komunitas. Dulu, kekuatan dimiliki oleh institusi yang besar. Namun di era sosial, hal itu belum tentu berlaku. Kekuatan di era sosial dipegang oleh setiap individual yang tergabung dalam komunitas. Kekuatan bisa diperoleh seseorang lewat caranya bekerja dengan tim atau orang lain. Untuk sukses, pemimpin harus mampu melakukan pendekatan kepada komunitas atau bahkan menciptakan komunitas yang sejalan dengan tujuannya.
  • Kolaborasi. Kontrol dalam organisasi di era sosial tak lagi terpusat pada pemimpin struktural. Kesuksesan organisasi ditentukan oleh kolaborasi dan kontribusi dari orang-orang yang ada di dalamnya. Pengambilan keputusan dalam organisasi sejatinya juga tak dilakukan oleh pemimpin seorang diri, tetapi melibatkan masukan-masukan dari orang-orang di sekitarnya. Dengan begitu, setiap individu dalam organisasi akan merasa ikut memiliki dan berperan serta demi kemajuan organisasi.

 

Gambar: upwardaction.com

Monday, 01 October 2012 17:48 | Written by Restituta Ajeng Arjanti

 

Kunci Sukses Kepemimpinan di Era Sosial

 
www.stisitelkom.ac.id www.di.stisitelkom.ac.id www.ktm.stisitelkom.ac.id
www.dkv.stisitelkom.ac.id www.dp.stisitelkom.ac.id www.srm.stisitelkom.ac.id
www.blog.stisitelkom.ac.id www.multimedia.stisitelkom.ac.id
www.elearning.stisitelkom.ac.id www.library.stisitelkom.ac.id
www.repository.stisitelkom.ac.id www.cloudbox.stisitelkom.ac.id
www.digilib.stisitelkom.ac.id www.mirror.stisitelkom.ac.id
www.sisfo.stisitelkom.ac.id www.hilfan.blog.stisitelkom.ac.id
www.telkomuniversity.ac.id www.stisitelkom.academia.edu
www.kuningmas-autocare.co.id www.usnadibrata.co.id www.askaf.co.id www.hilfans.wordpress.com www.hilfan-s.blogspot.com www.profesorjaket.co.id

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Discover more from Just Shared on Tel-U

Subscribe now to keep reading and get access to the full archive.

Continue reading